Di Tangan Pemuda dari Pasuruan Ini, Limbah Kayu Pallet Bisa Diubah Jadi Furniture Premium Tahan Lama

Penulis: Galih Lintartika
Editor: Sudarma Adi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bagoes Asmara Dwipa saat menunjukkan bahan limbah kayu pallet yang diolah menjadi furniture premium dengan daya jual dan memiliki nilai ekonomis tinggi di pasuruan.

TRIBUNJATIM.COM, PASURUAN - Bermula dari kepedulian terhadap limbah kayu jati belanda atau kayu pallet, Bagoes Asmara Dwipa berhasil mengubahnya menjadi furniture premium yang memiliki daya jual yang luar biasa.

Pemuda 30 tahun ini, membuat limbah ini menjadi kerajinan yang memiliki nilai ekonomis yang fantastis.

Bahkan, ia pun mampu membuat sebuah store yang menjual khusus furniture limbah kayu pallet ini.

Storenya, diberi nama Janda Cantik.

Warga Beji Pasuruan Keluhkan Lampu dan Sirine Perlintasan KA Yang Mati

Nama ini, sengaja diambil karena memang unik dan jangan salah nama itu memiliki sebuah arti.

Janda Cantik itu berarti Jati Belanda Ciamik dan Cantik.

Kini, Janda Cantik milik Bagoes, sapaan pemuda ini memiliki omzet puluhan juta per bulannya.

Jika dirata - rata, Bagoes bisa meraup omzet Rp 20 juta lebih per bulannya.

Polda Lakukan Olah TKP Laka Maut di Beji Pasuruan

Selain mendapatkan untung, ia juga berhasil memanfaatkan limbah kayu yang tak bermanfaat ini menjadi barang bermanfaat.

Selain itu, ia juga berhasil membuka lapangan pekerjaan bagi para pemuda dan teman di lingkungannya.

Ia berhasil meminimalisir angka pengangguran dengan menyediakan lapangan pekerjaan ini.

Beberapa waktu lalu, Bagoes sempat sedikit berbagi cerita dengan Surya (grup TribunJatim.com).

Kepada Surya, ia menjelaskan, ide itu muncul setelah melihat banyaknya limbah kayu pallet di sekitar rumahnya.

Ia melihat, kayu pallet yang biasanya digunakan untuk mengemas barang atau sebagai dasar untuk meletakkan barang berukuran besar ini dibuang begitu saja setelah kondisinya sudah kurang baik.

Sebenarnya, kondisinya masih baik, namun rata - rata yang sudah sedikit pudar warnanya sudah dibuang dan menjadi limbah.

Nah setelah tertumpuk banyak, limbah ini biasanya dibakar.

"Saya melihatnya kok sayang dibakar begitu saja. Makanya saya mencoba untuk memanfaatkannya. Awalnya juga bingung mau dibuat apa kayu bekas ini. Terus iseng buat gerobak," kata Bagoes.

Dia menjelaskan, pertama ia membuat gerobak kaki lima atau gerobak lainnya.

Siapa sangka, respon masyarakat ternyata luar biasa dan gerobak buatannya laris manis di pasaran.

Bahkan, ia pun kebanjiran order setiap bulannya.

Banyak orang yang akhirnya beralih dari gerobak alumunium menjadi gerobak kayu seperti ini.

"Setelah hampir setahun, saya bermain dengan gerobak, saya berusaha mencari ide lainnya. Karena gerobak tidak setiap tahun orang itu beli. Terus ada teman yang mengusulkan untuk mencoba membuat furniture," aku pria yang masih bujang ini.

Perlu waktu bagi Bagoes dan timnya untuk belajar membuat furniture.

Ia harus mencoba beberapa kali untuk menyempurnakan furniture buatannya ini.

"Allhamdulillah 3 bulan, kami sudah buat furniture yang tak kalah di kelasnya. Mulai dari mebel untuk ruang tamu, tempat tidur, kitchen set, buffet dan sejenisnya," tambah dia.

Ia menyadari bahwa bisnis furniture berbahan kayu pallet ini memang belum banyak yang melirik.

Kecenderungannya, orang masih memilih furniture berbahan kayu jati atau harbot

Padahal, kata dia, furniture buatannya juga tidak kalah dengan furniture berbahan kayu jati atau harbot.

Dari sisi kekuatannya, ia berani bersaing.

Dibandingkan harbot, kayu pallet lebih kuat.

Menurutnya, harbot, akan mudah lapuk ketika terkena air.

Selain itu, furniture buatannya lebih murah dibandingkan kayu jati dan harbot.

Lemari dua pintu berukuran standar, ia menjualnya dengan harga Rp 1,2 juta.

Sedangkan kayu jati, masih seharga Rp 2,5 juta dan harbot masih Rp 1,8 juta.

"Secara model juga lebih fresh dan minimalis. Bisa lebih bervariasi juga modelnya sesuai selera yang diinginkan customer. Saya jamin hargannya lebih murah dan kekuatannya juga lebih kuat," pungkas dia.

Berita Terkini