Setelah itu, kedelai yang sudah direbus, dihancurkan menjadi butiran kecil-kecil.
"Setelah itu semua kedelai dan kacang digelar untuk dibentuk kemudian dikasih ragi. Baru setelahnya dibiarkan selama dua hari. Jadi untuk proses produksi tempe itu memakan waktu 4 hari lamanya," tuturnya.
Satuni menjual tempenya per potong dengan harga Rp 2 ribu. Setiap sekali produksi, ia bisa menjual seratus potong tempe.
Pemasarannya, ia cukup menjual di sekitar Desa Panarukan dan di warung yang sudah berlangganan dengannya di dekat pasar Kepanjen.
Satuni kini masih lega-lega saja karena harga kedelai masih stabil. Namun ketika harga bahan baku kedelai naik ia terpaksa memutar otak.
"Ya kalau dollar lagi naik atau bensin naik ya kedelai terpaksa naik. Kalau pas naik itu pusing, ya terpaksa memperkecil ukuran tempe," tutur ibu dengan dua anak itu.