Dikutip dari buku Presiden (daripada) Soeharto, pagi-pagi sekali, Soekarno meminta para pembantunya hadir ke istana untuk menghindari aksi unjuk rasa yang dilakukan mahasiswa.
Rapat dimulai pada pukul 09.00 WIB, meski ada beberapa menteri yang terlambat datang karena dihadang mahasiswa di jalan.
Soeharto, yang kala itu menjabat sebagai menteri/Panglima Angkatan Darat, tidak bisa hadir karena sakit.
• Cerita Perjodohan Pak Harto dan Bu Tien, Soal Persetujuan Orang Tua Tien Jadi Keraguan Soeharto
Untuk itu, Soekarno memerintahkan Pangdam V Jaya Brigjen Amir Mahmud untuk ikut sidang kabinet sebagai sandera apabila terjadi sesuatu.
Sepuluh menit rapat berjalan, Komandan Cakrabirawa Brigjen Sabur, mengirim nota kepada Brigjen Amir Mahmud yang menyatakan ada pasukan liar di luar istana.
Namun, hal ini tidak digubris Amir Mahmud.
• Menguak Peran Penting Gus Dur di Balik Perayaan Imlek, Keputusan Setelah Era Soeharto Paling Diingat
Sabur pun ketakutan hingga akhirnya mengirim nota langsung kepada Presiden Soekarno yang masih memimpin sidang.
"Membaca laporan Brigjen Sabur, Soekarno menjadi kalut. Laporan tersebut dilaporkan kepada Wakil Perdana Menteri Dr. Leimena, Dr. Soebandrio, dan Chairul Saleh," tulis Jonar TH Situmorang dalam bukunya Presiden (daripada) Soeharto ini.
Soekarno langsung meninggalkan rapat dan menyerahkan sisa rapat dipimpin oleh Leimena.
Namun, ketergesaan Soekarno itu membuat para menterinya tak tenang mengikut rapat.
Hingga akhirnya rapat ditutup.
Soebandrio yang saat itu menjabat Kepala Badan Pusat Intelijen (BPI) lari terbirit-birit mengejar Bung Karno yang sudah berjalan bersama pengawalnya menaiki helikopter untuk diamankan ke Istana Bogor.
• Cerita para Istri Soekarno, Cinta Terakhir hingga Istri yang Menemaninya di Detik-detik Wafatnya