Gubernur Khofifah Sapa Pengungsi Banjir Madiun, Dapati Bayi Nafisa Kekurangan Popok dan Makanan Bayi

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyapa pengungsi di posko keselamatan di Kantor Pemerintahan Kabupaten Madiun di Desa Garon, Kecamatan Balerejo, Kamis (7/3/2019) pagi.

TRIBUNJATIM.COM, MADIUN - Para pengungsi bencana banjir tampak memenuhi posko keselamatan di Kantor Pemerintahan Kabupaten Madiun di Desa Garon, Kecamatan Balerejo, Kamis (7/3/2019) pagi.

Salah satu dari pengungsi itu adalah si kecil Nafisa.

Bayi berusia 3,5 bulan itu sudah semalam mengungsi bersama ibunya lantaran rumahnya berendam banjir setinggi lutut orang dewasa. 

Bayi itu menjadi perhatian Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa yang datang meninjau lokasi banjir dan menyapa para pengungsi untuk memberikan bantuan Kamis pagi. 

(Tol Madiun Tergenang Banjir, Rekayasa Lalu Lintas Contra Flow Diterapkan pada Jalur Arah Surabaya)

(Bencana Banjir di Trenggalek Meluas ke 10 Kecamatan, Gus Ipin Mengeluarkan Surat Status Bencana)

"Sudah berapa lama mengungsi di sini?," tanya Khofifah pada Kanti Lestari, ibu bayi Nafisa sembari menggendong bayi perempuan tersebut. 

"Apa yang masih dibutuhkan di posko kesehatan ini," tanya Khofifah pada para pengungsi lain. "Sehat ya nak, yang sabar ya nak," kata Khofifah pada bayi Nafisa.

Kanti Lestari dan bayi Nafisa adalah bagian dari puluhan keluarga yang juga mengungsi akibat banjir bandang yang terjadi di Kabupaten Madiun sejak tiga hari belakangan.

Puncaknya pada Rabu (6/3/2019) malam, air meluap dan merendam setidaknya 39 desa di delapan kecamatan di Kabupaten Madiun. 

"Di kampung saya,  banjirnya masuk rumah,  tingginya air sudah selutut. Makanya tadi saya dibantu naik perahu mengungsi ke sini," ucap Kanti, warga Desa Waru Rejo ini.

(Bupati Muara Enim Sumatera Selatan Belajar SAKIP ke Pemkab Gresik Jawa Timur)

(Bencana Banjir di Trenggalek Meluas ke 10 Kecamatan, Gus Ipin Mengeluarkan Surat Status Bencana)

Ia mengatakan, banjir ini merupakan bencana yang sudah sempat terjadi sepuluh tahun yang lalu. Tepatnya di tahun 2009.

Menurut Kanti di tempat pengungsian ini masih minim untuk kebutuhan makanan bayi dan juga popok. Padahal hal tersebut menjadi kebutuhan penting untuk bertahan di lingkungan bencana seperti ini. 

"Yang belum tersedia makanan bayi, sama popok," katanya.

Hal senada juga disampaikan oleh Karman. Warga Desa Siaga Kecamatan Balerejo ini mengatakan bahwa kini air sudah mulai surut. 

Dini hari tadi ketinggian air mencapai dada orang dewasa. Namun saat ini sudah menurun hingga pinggang orang dewasa.

Sehingga untuk mobilitas, warga masih harus menggunakan perahu dengan dibantu para petugas.

Halaman
12

Berita Terkini