TRIBUNJATIM.COM, SIDOARJO - Semakin mendekati pelaksanaan pemilihan legislatif (pileg) dan pemilihan presiden (pilpres) 2019, suhu politik juga semakin memanas.
Imbasnya, kondisi keamanan pun perlu perhatian lebih.
• Musim Penghujan, Benda Koleksi Museum Mpu Tantular Sidoarjo Lebih Sering Dibersihkan
• Pengisi Baterai Rusak, Palang Pintu Perlintasan KA di Jalan Veteran Sidoarjo Tak Bisa Dioperasikan
"Ya, suhunya mulai meningkat mendekati pelaksanaan kampanye terbuka," ujar Kapolresta Sidoarjo Kombes Pol Zain Dwi Nugroho usai Gladi Lapang Sispamkota di Alun-alun Sidoarjo, Rabu (13/3/2019).
Kampanye terbuka akan digelar mulai tanggal 24 Maret mendatang. Setelah itu hari tenang, dan pada 17 Arpil 2019 digelar pemungutan suara yang dilanjutkan dengan penghitungan.
• Pemkab Sidoarjo Masih Berkutat Pembebasan Lahan, Frontage Road Butuh Tambahan Rp 100 M Lagi
"Saat selesai pemungutan suara dan proses penghitungan suara itu termasuk yang sangat paling rawan. Karena berpotensi adanya ketidakpuasan dari caleg, pendukung, saksi, dan sebagainya," ungkap Kapolres Zain.
Potensi itu, menurut dia, perlu diwaspadai sejak dini. Dengan terus melakukan penataan dan pengawasan ketat di semua tahapan.
"Anggota tidak boleh lengah," tandasnya.
Dari ketidakpuasan itu, juga berpotensi terjadinya unjuk rasa dan aksi-aksi anarkis lain. Karenanya, Polresta Sidoarjo juga berulang kali melakukan simulasi pengamanan.
"Simulasi dilakukan untuk mengecek kesiapan Polresta Sidoarjo. Bagaimana kekuatan dan kemampuan kita dalam menghadapai situasi yang berpotensi terjadi," sambungnya.
Dalam simulasi yang digelar di alun-alun Sidoarjo ini, digambarkan ada sekelompok masyarakat tidak puas karena caleg dukungannya kalah dalam Pemilu.
Mereka berunjuk rasa dan berusaha menduduki KPU Sidoarjo.
Kondisi semakin memanas saat beberapa orang yang disinyalir sebagai provokator mengajak para peserta demo untuk terus merengsek dan mulai melakukan pelemparan dan pembakaran ban.
Penghadanganpun dilakukan oleh Satuan Shabara Polresta Sidoarjo dengan melakukan imbauan untuk segera mundur dan membubarkan diri.
Tim negoisasi dari Polwan Polresta Sidoarjo yang diterjunkan juga tidak membuahkan hasil, bahkan massa semakin beringas dan terlibat bentrok dengan Petugas Dalmas yang diturunkan.
Pasukan Brimob yang diturunkan bersama semprotan air dari mobil water canon dan gas air mata berhasil menghalau massa.