Menilik kisah hidup Soesalit, putra tunggal Kartini, yatim piatu dari kecil dan tak seterkenal nama sang ibu.
TRIBUNJATIM.COM - RA Kartini menjadi tokoh inspiratif bagi para perempuan Tanah Air untuk penyataraan.
Secara garis besar, kisah hidup Kartini sudah diketahui oleh seuruh masyarakat Indonesia.
Kisah-kisah kehidupan Kartini sebagai pelopor kebangkitan wanita pribumi sudah tersebar luas seantero Indonesia.
Di zamannya, wanita begitu dilarang untuk mendapatkan hak-hak yang setara dengan para pria, misalnya pendidikan.
Terlahir dari keluarga priyayi dengan ayah seorang Bupati Jepara, membuat Kartini mendapatkan perlakuan yang lebih daripada wanita-wanita pribumi lain.
• Daftar Promo Diskon Hari Kartini 2019, Mulai dari Burger King, Starbucks hingga Miniso
Menurut Kartini, wanita juga berhak untuk mendapatkan pendidikan.
Hingga akhirnya Kartini mendirikan sekolahan untuk mendidik orang-orang di sekitar kediamannya.
Kebebasan Kartini harus berakhir karena dirinya dipingit.
Usianya yang dianggap sudah cukup, membuatnya harus memutuskan untuk menikah, meski sebenarnya terpaksa.
Kartini menikah dengan Bupati Rembang, Raden Adipati Ario Djojoadhiningrat yang usianya jauh lebih tua darinya.
Dari pernikahan ini, lahirlah Raden Mas Soesalit Djojoadhiningrat.
• 5 Film Tentang Emansipasi Wanita yang Cocok Ditonton di Hari Kartini, Sokola Rimba hingga Kartini
Empat hari setelah melahirkan, kondisi Kartini semakin memburuk.
Hingga pada akhirnya, Kartini meninggal dunia di usia 25 tahun pada 17 September 1904.
Diduga karena penyakit preeklampsia (keracunan kehamilan).