Dulu, perkebunan itu bisa menghasilkan 1.000 ton kopi dalam setahun. Tetapi, hasil panen kopi terus turun dari tahun ke tahun.
Sekarang dalam setahun, perkebunan itu hanya bisa menghasilkan sekitar 100-150 ton kopi. Hasil panen paling banyak dipasarkan di Blitar dan beberapa daerah lain. "Dari total itu, luas kebun kopi yang masih produktif tinggal 60 hektare," ujar Wima.
Belakangan, pengelola juga menjadi perkebunan itu menjadi tempat wisata edukasi kopi. Pengunjung bisa belajar kopi mulai dari pembibitan sampai cara mengolah kopi.
Selain itu, pengunjung juga bisa melihat bekas bangunan pabrik peninggalan Belanda dan menikmati hawa sejuk di perkebunan.
"Jumlah pengunjungnya lumayan, dalam setahun ada 100.000 orang. Lewat tempat ini, kami ingin mengenalkan kopi asal Blitar ke masyarakat," katanya.