TRIBUNJATIM.COM, BLITAR - Sejumlah pria dan wanita berpakaian adat Jawa berjalan pelan dengan diiringi musik gamelan di Perkebunan Kopi Karanganyar, Desa Modangan, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, Sabtu (22/6/2019).
Sambil membawa sesajen, mereka berjalan beriringan dari depan gudang menuju ke areal kebun kopi.
Sesampai di areal kebun, mereka berhenti di salah satu pohon kopi. Lalu, sesepuh desa tampak duduk jongkok di bawah pohon kopi.
• Warga Blitar Rayakan Haul ke 49 Bung Karno dengan 1000 Tumpeng
• Jambret Uang Rp 8 Juta di Blitar, Jaket Pelaku Ini Nyantol di Jok Motor, Babak Belur Dihajar Warga
• Sebanyak 141 PNS di Kota Blitar Pensiun Tahun Ini
Sesepuh desa membakar merang dan merapalkan doa-doa di bawah pohon kopi. Selesai berdoa, sesepuh desa memetik dua tangkai buah kopi.
Dua tangkai buah kopi itu sebagai simbol kopi lanang dan kopi wadon itu kemudian diletakkan di atas kain mori dan dibungkus.
Selanjutnya, mereka membawa dua tangkai buah kopi menuju ke gudang pengolahan kopi untuk diserahkan ke pengelola perkebunan.
Para pria dan wanita yang terdiri atas sesepuh desa dan pekerja perkebunan itu sedang menggelar ritual manten kopi.
Ritual ini rutin diselenggarakan pengelola perkebunan setiap setahun sekali menjelang masa panen raya kopi.
"Acara ini sebagai wujud syukur kami kepada Tuhan YME sebelum memulai masa panen raya kopi. Kami berharap hasil panen melimpah," kata Direktur Perkebunan Kopi Karanganyar, Wima Bramantya.
Wima menjelaskan ritual manten kopi ini sudah menjadi tradisi secara turun temurun sejak lama setiap menjelang masa panen.
Biasanya, ritual manten kopi digelar sederhana khusus untuk internal perkebunan. Sejak 2017, dia ingin mengenalkan kembali ritual manten kopi ke masyarakat.
Untuk itu, dia mengemas ritual manten kopi dengan kirab untuk menarik masyarakat. "Tradisi manten kopi ini sudah hampir punah. Kami ingin menghidupinya kembali. Kami ingin masyarakat tahu tradisi manten kopi masih ada," ujarnya.
Ritual manten kopi sendiri prosesnya seperti orang menikah. Kopi lanang dan kopi wadon yang dipetik langsung dari kebun dipertemukan dan dibungkus dalam kain mori. Buah kopi yang dipilih yang kualitas baik.
"Ini hanya sebagai simbol dan wujud syukur kami kepada Tuhan YME menjelang masa panen," katanya.
Perkebunan Kopi Karanganyar sendiri sejak 1874 silam. Perkebunan kopi ini peninggalan Belanda yang luasnya sekitar 250 hektare. Perkebunan kopi ini berada di ketinggian 400-600 meter di atas permukaan laut. Kopi unggulan dari perkebunan itu, yaitu, robusta dan excelsa.