Sosoknya dikenal disiplin dan punya kemampuan keras. Dia tak malu bekerja di pelabuhan supaya bisa tetap sekolah.
Kesempatan emas untuk Leo muda datang di tahun 1950.
Pemerintah Indonesia mengirim 60 penerbang untuk dididik di Trans Ocean Airlines Oakland Airport (Taloa) di Amerika Serikat.
Leo membuktikan kelasnya.
Dia jadi lulusan terbaik di Taloa hingga kemudian dipercaya untuk mengikuti pendidikan lanjutan sebagai instruktur.
• Kisah Pak Ndul, YouTuber Asal Madiun yang Mendadak Terkenal Setelah Viral Teknik Cangkok Pisang
Setelah pulang ke Indonesia, Leo segera menerbangkan pesawat pemburu P-51 Mustang.
Dia jadi legenda karena kepiawaian dan kenekatannya. Teman sesama pilot di dalam dan luar negeri sampai geleng-geleng kalau lihat Leo menerbangkan pesawat tempur.
Sebutan 'orang gila', 'pilot andal', 'jenius', 'G-Maniac' disematkan pada Leo saat dia beraksi di udara, dikutip dari Dinas Penerangan TNI AU.
Karir Leo melesat secepat pesawat jet yang dikemudikannya.
Mulai dari komandan skadron pesawat pancar gas hingga menjadi Panglima Angkatan Udara Mandala dengan pangkat Komodor Udara tahun 1962.
Usianya saat itu baru 35 tahun dan sudah menjadi jenderal bintang satu.
Komodor Leo Wattimena juga dikenal egaliter dan selalu memperhatikan para prajuritnya lebih dulu.
Seperti misalnya saat mempersiapkan misi penyerbuan Irian Barat.
Leo menjadi begitu emosi saat Leo melihat para prajurit cuma diberi makan tempe.