Aparat mengkhawatirkan jika aksi bakar ban juga bisa memicu aksi massif dan anarkis seperti yang terjadi di Manokwari.
Wakil Ketua KKSS Papua Barat, Haji Syahruddin Makki kepada Tribun, sekitar pukul 13.00 WIT, melaporkan, jika pusat perdagangan di Kawasan Wosi, Sanggung, Manokwari, dijarah dan dibakar massa yang beringas.
Hingga, sekitar pukul 14.00 WIT, kondisi Kota Manokwari masih mencekam.
Aparat keamanan dari Polri dan TNI, lebih banyak fokus untuk menahan pergerakan ribuan massa ke pemukiman lain, dan kantor pemerintah dan pusat layanan publik.
Aparat berjaga di kantor bank, kantor BUMN, dan pusat ibadah.
• 8 Fakta Kerusuhan di Manokwari, dari Keterangan Gubernur Papua hingga Kapolda & Pangdam Dievakuasi
Eskalasi kerusuhan di Manokwari, Papua Barat, hingga Senin (19/8/2019) siang, masih berlanjut.
Suasana di pusat ekonomi, jasa dan perkantoran di kota Dagang terbesar kedua di Papua Barat, setelah Sorong itu, dilaporkan kian mencekam.
Haji Syahruddin Makki (56), warga dan pedagang di Pasar Manokwari, kepada Tribun, pukul 13.00 WIT, melaporkan, massa kian tak terkendali.
“Toko, warung yang ada di pinggir jalan sudah dijarah, lalu banyak yang dibakar,” kata Syahruddin Makki, melalui sambungan telepon selular.
Makki yang juga Wakil Ketua Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS), mengabarkan, jika para pedagang yang sebagian besar pendatang sudah pasrah.
“KIta tak bisa apa-apa lagi, Pasrah saja. Massa betul-berul marah dengan kejadian di Surabaya dan komentar-komentar nasional,” ujar Makki.
Dia menjelaskan, kini sekitar 3000-an warga KKSS yang beraktivitas di sekitar Pasar Sanggung, di sepanjang Jl Yos Sudarso dan sekitar Gedung DPRD Papua Barat, sudah meninggalkan rumah dan toko mereka.
• Bantah Masih Tahan 43 Mahasiwa Papua di Polrestabes Surabaya, Polda Jatim Sebut Kabar Tidak Benar
“Kantor gubernur lama juga sudah dibakar tadi,” ujarnya.
Kondisi mencekam di Manokwari, jelas dia, sudah berlangsung sejak pukul 09.00 wita.
Massa yang kebanyakan warga lokal, sudah turun ke jalan sejak pukul 08.00 WIT.
Mereka berjalan kaki, dan meneriakkan protes atas video viral yang menggambarkan perlakuan ormas dan aparat terhadap mahasiswa Papua di Surabaya, Malang, dan Semarang.