TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Persaingan usaha bidang kuliner sangat ketat.
Elisa Cookies and Cakes mengembangkan pasar ke berbagai platform melalui toko, hotel dan online.
Untuk meyakinkan pasar, yang terpenting adalah legalitas produk agar konsumen dan partner usaha percaya dan bisnis bisa langgeng.
• Bentoel Group Pilih Jual Semua Aset di Museum Bentoel Kota Malang, Fokus Lirik Bisnis Lain ?
Modal kerap kali menjadi hambatan untuk memulai usaha.
Namun bagi Cicilia Sandra E, pemilik Elisa Cookies and Cakes, modal bukan persoalan lagi.
Pasalnya ia meneruskan usaha kue kering milik keluarga yang sudah lama tidak produktif.
"Jadi saya memanfaatkan peralatan yang sudah ada di rumah yang sudah lama tidak terpakai," ungkap Cicilia Sandra ketika ditemui TribunJatim.com.
• Kisah Sukses Blendi Tewel Bu Nunik, Kuliner Khas Blitar yang Pedas & Nagih, Tembus Singapura-Taiwan
Ide meneruskan usaha almarhum ibunya, karena suami Cicilia Sandra menghendaki dirinya tidak bekerja di luar rumah.
Sementara banyak perlengkapan produksi kue yang tak digunakan.
"Akhirnya saya coba bikin kue secara otodidak. Bisanya hanya bikin empat varian kue: lidah kucing, kastengel, nastar, dan kue kacang," kenang perempuan yang akrab disapa Cicil ini.
Untuk modal awal usaha pada 2008 lalu, Cicil tidak perlu banyak uang karena peralatan sudah tersedia.
• Sego Gegok Mbak Tumirah Trenggalek, Nasi Dibungkus Daun Pisang yang Menggoyang Lidah, Mau Cicipi?
"Waktu itu hanya modal Rp 200.000 untuk membeli bahan kue," selorohnya.
Berjalannya waktu, kini Cicil sudah banyak belajar, termasuk mengambil kursus membuat kue kering maupu kue basah.
Hal itu dilakukan sebagai bentuk keseriusannya menjaga kualitas produk.
"Kalau sekarang saya bisa membuat sekitar 15 varian kue kering. Tapi tidak semua varian saya keluarkan tiap tahunnya, mengikuti trend pasar juga," jelas alumni Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember itu.
"Saya juga memproduksi katering kue basah atau snack box, untuk menyeimbangkan penjualan kue kering," imbuhnya.
• Kisah Sukses Elita Yuwana Raup Jutaan Rupiah dari Kreasi Decoupage, Sempat Diekspor ke Pakistan
Masuk hotel
Setelah empat tahun berjalan, Cicil pun mulai ingin membesarkan usahanya.
Satu di antara langkah penting yang dilakukan Cicil adalah legalisasi produk.
"Tahun 2012 saya putuskan untuk mengurus izin produk kue kering saya," kata Cicil.
Dalam izin produk kuenya, Cicil mulai memikirkan bentuk kemasan, kemudian mencantumkan komposisi bahan baku produk, serta mematuhi aturan standar informasi produk.
"Adanya legalitas produk itu ternyata sangat berguna dalam pemasran produk, kemudian kemasan produk juga perlu dipikirkan, dan nama produk itu ternyata juga berpengaruh besar," ujar Cicil.
Dengan legalitas yang dimiliki dan informasi produk yang jelas pada kemasan, memudahkan Cicil memasarkan Elisa Cookies and Cakes.
• Kisah Sukses Bisnis Camilan Trenggalek Jamur Mantan, Olah Permainan Kata PHP Buat Branding Produk
"Setelah punya legalitas, saya bisa nitip kue di toko kue, juga di hotel sekarang ini tersedia di Hotel Singgasana dan Hotel Tunjungan," ungkap perempuan 46 tahun itu.
Selain memasarkan dengan cara konsinyasi, Cicil juga memanfaatkan kemajuan teknologi informasi.
Ia juga memasukkan produknya ke beberapa market place dan media sosial.
"Kalau medos,saya promosinya melalui instagram," sebut Cicil.
Mimpi mama
Menyinggung brand Elisa Cookies and Cakes, sejatinya brand itu merupakan revisi dari nama Elisabeth Cookies and Cake.
"Awalnya brand kue kami pakai nama almarhum mama saya, Elisabeth, karena beliau punya cita-cita besar dalam bidang bakery, dan anak-anaknya juga besar dari usaha bakery mama," jelas Cicil.
• Kisah Putri Tukang Becak Raih Gelar Doktor di Usia 27 Tahun, Diperebutkan Perusahaan Malah Menolak
Setelah melalui evaluasi dan menerima masukan dari sanak kerabat, diperlukan brand yang ramah di telinga pasar.
Namun, brand baru itu tidak boleh menghilangkan nama mama.
"Maka muncullah nama Nama Elisa Cookies and Cakes, nama ini kami yakini lebih verbal dan mudah diingat, dan nama kecil mama juga masih lekat," pungkas Cicil dengan senyum mengembang.