Hujan yang tiba-tiba turun ketika aksi cambuk-menyambuk itu terjadi dalam disebut sebagai “udan tiban” dalam bahasa jawa.
“Dari sinilah nama pertunjukan itu menjadi tiban,” tulis dalam ketarangan ensiklopedi tersebut.
Rebo menjelaskan, kegiatan tiban digelar rutin saban tahun. Selain tiban, lanjut dia, warga juga menggelar salat Istisqa untuk meminta hujan.
“Hari ini pagelaran pertama tiban. Rencananya kami akan gelar tiga sampai empat kali,” ujar Rebo.
Dalam pagelaran itu, ia mengundang para pelaku seni tiban dari berbagai daerah sekitar Trenggalek.
“Sekitar 200 orang, kami mengundang dari Ponorogo, Tulungagung, Blitar, Kediri, dan Banyuwangi,” ungkap dia.
Selain Kerjo, pertunjukan serupa juga digelar di desa lain di Trenggalek. Dua di antaranya, yakni Desa Jajar, Kecamatan Gandusari dan Desa Ngulan Wetan, Kecamatan Pogalan. (aflahulabidin/Tribunjatim.com)