TRIBUNJATIM.COM, PASURUAN - Sebelum meninggal dunia, Savina Arsy Wijaya, guru pengganti di SDN Gentong sudah memberikan sinyal kepada orang tua dan adiknya.
Savina seolah mengisyaratkan ke keluarganya kalau dirinya akan menjemput ajalnya.
Eko Wijaya, ayah Savina selalu bersedih saat mengingat momen itu. Kepada Surya, Eko mengatakan, bahwa dua minggu sebelum kejadian, Savina sudah berpamitan.
"Saya ingat betul saat dia menyampaikan itu. Intinya ia mengajak saya, mamanya, dan adiknya untuk makan malam. Disitulah, ia berpamitan," kata Eko, Kamis (7/11/2019).
Eko menjelaskan, dalam pertemuan makan malam itu, anak pertamanya ini sudah terang - terangan menyampaikan. Pernyataan mengejutkan anaknya ini membuat istrinya sampai menangis dan stress.
"Kira - kira omongannya seperti ini. Ma, pa, kalau aku seperti mas Febri, mama papa jangan sedih. Boleh sedih tapi jangan berlarut - larut. Makan yang enak seperti biasanya ya," katanya lirih.
Ia pun tak kuasa menahan kesedihannya. Ia tetap berusaha tegar meski matanya berkaca - kaca. Eko tetap melanjutkan ceritanya.
"Setelah pulang itu, dan Sevina tidur. Istri cuma bilang, kenapa anakmu tadi. Kenapa dia bilang seperti itu. Ada apa. Saya cuma bisa menenangkan istri saya dan berharap dia tidak memikirkannya," jelasnya.
Dua Minggu kemudian, kata dia, tepat di hari kejadian Savina meregang nyawa. Ia sudah ada firasat sebelumnya. Tiba - tiba, handphonenya berdering dan mengabarkan kalau Sevina jadi korban kecelakaan jatuhnya atap kelas SDN Gentong.
"Pikiran saya kacau. Saat itu saya sudah tidak karuan. Gugup setengah mati. Omongan Sevina dua Minggu sebelumnya terus membayangi saya selama perjalanan ke rumah sakit. Saya hanya berdoa, anak saya selamat dan bisa sembuh seperti semula," tambahnya kepada Tribunjatim.com.
Akan tetapi, takdir berkata lain. Ia menyebutkan, anaknya sudah tidak ada umurnya. Kata dia, ini sebuah kabar yang mengejutkan dan tidak mengenakkan. Tapi, ini sudah menjadi rahasia Tuhan dan sudah menjadi ketetapan yang maha kuasa.
• Nadiem Makarim Nangis Dengar Cerita Keluarga Siswa Korban SDN Gentong, Saya Akan Evaluasi Ini
• Pelantikan Kepala Desa di Lamongan Terbanyak se-Indonesia, Ini Jumlahnya
• Anggota TNI Tewas di Rumah Neneknya, Saksi Sebut Kepala Terbungkus Kresek Plastik Berwarna Putih
"Kami berusaha ikhlas. Jadi, omongannya soal mas Febri itu benar. Mas Febri itu adalah mas keponakannya yang meninggal karena kecelakaan. Sedih itu pasti, tapi kami berusaha sabar dan ikhlas menerima ini semua," jelasnya kepada Tribunjatim.com.
Ia menjelaskan, Savina adalah anak yang baik. Ia anak yang penurut dan mudah bergaul dengan siapa saja. Dia juga sosok yang tidak mementingkan kepentingannya sendiri.
"Kemarin saya dapat informasi dari guru - guru, kalau Sevina ini sempat membantu anak - anak SD yang ada di Kelas V A, karena sakit tidak ikut olahraga keluar dari bahaya. Tapi dia justru gagal lolos dari bahaya," ungkapnya.
Eko juga menceritakan, Sevina adalah anak yang ramah. Ia baru saja bekerja di SDN Gentong sejak bulan Juli. Gaji per bulanya Rp 300.000. Ia sedang menempuh pendidikan di Universitas Terbuka di Pasuruan mengambil jurusan PGSD, semester 1.
"Temannya banyak. Dia juga tidak pelit kepada temannya. Dia sering nraktir temannya kalau habis gajian," pungkas dia. (lih/Tribunjatim.com)