Keesokan harinya, Senin (2/12/2019) sekitar pukul 13.00 WIB, Noval kembali dibawa orangtuanya ke klinik dengan kondisi semakin parah.
Di bagian kulit tangan dan wajah terdapat benjolan seperti orang mengalami sakit cacar air.
"Pada hari Senin, mereka datang lagi klinik. Sempat berkonsultasi dengan dokter dan kemudian dikasih terapi. Tetapi panasnya tidak turun," katanya kepada Tribunjatim.com.
• VIRAL Penyebab Sebenarnya Wali Kota Kediri Usir Utusan KONI, Atlet SEA Games Shalfa sampai Pingsan
Hingga akhirnya, pihak klinik merujuk Noval ke RSUD dr. Soedono, Kota Madiun karena dinilai memiliki peralatan yang lebih lengkap.
Akan tetapi, pada saat itu proses rujukan mengalami kendala.
Karena tak ingin menunggu terlalu lama, kemudian diputuskan untuk membawa Noval ke RS Santa Clara, Kota Madiun.
"Saat itu awalnya kami rujuk ke RSUD Soedono, tapi karena sistemnya rujukan online. Jadi harus mengkonfirmasi di rumah sakit. Rujukannya kan dari kami, ini pasien umum bukan pasien BPJS," ujarnya.
• Pemilik Klinik yang Merawat Balita di Madiun Membantah Salah Memberi Obat
3. Noval bukan pasien baru
Sementara itu, perawat klinik, Kukuh Windyan Cahya menambahkan, Noval bukanlah pasien baru.
Dalam rekam medis disebutkan pada 2016, Noval pernah dirawat di Klinik Wahyu Husada dengan penyakit hampir sama, yakni panas, batuk, pilek, dan diare.
Saat itu, Noval mendapat resep obat yang sama, namun tidak muncul reaksi seperti sebelum ia meninggal dunia.
"Kalau semisal alergi kan pasti ditulis dalam rekam medis. Itu di data tidak ada. Obat yang diberikan dahulu juga sama diberikan sekarang, " kata Kukuh.
4. Kulit Noval melepuh
Kakek Noval, Samiun (57) mengatakan, cucunya awalnya mengalami demam.
Setelah itu, orang tua Noval membawanya ke klinik Wahyu Husada, Desa Dimong, Kecamatan Madiun.