"Saat itu kami melihat ada plafon yang retak. kami khawatir dan takut, makanya kami pindahkan anak-anak di kelas lain, dan gazebo yang ada untuk aktivitas belajar mengajar," kata Abdul Mu'id.
Sejak saat itu, kelas sudah kosong.
• Tetap Berseragam Persebaya, Irfan Jaya Akui Dapat Banyak Tekanan Usai Batal Gabung PSM Makassar
• Edarkan Sabu, Kakek 62 Tahun Ditangkap Polisi, Kamar Kos di Surabaya Jadi Lokasi Transaksi
Adapun pada tanggal 21 Desember 2019, anak-anak sudah libur sekolah pasca ujian semester.
Kemudian, pada tanggal 2 Januari 2020, anak-anak sudah tidak belajar di kelas itu.
"Anak - anak sudah pindah di kelas yang baru dibangun. Ada sebagian yang sudah dipindahkan ke gazebo belajar mengajarnya," urai Abdul Mu'id.
Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) I Pasuruan juga menegaskan, pihak sekolah sudah mewanti-wanti atau memperingatkan anak didik untuk tidak bermain atau melakukan kegiatan apapun di dekat tiga kelas ini.
"Kami juga pasang tali rafia di area tiga kelas ini. Tali rafia itu sebagai tanda bahwa tiga kelas sudah tidak digunakan dan siapapun dilarang mendekat ke sana," jelasnya.
Menurut Abdul Mu'id, setelah liburan, plafon di masing - masing kelas ini ambrol atau jatuh ke lantai.
Di sisi lain, banyak rayap kayu di atas plafon yang jatuh itu.
• Meski Sudah Rekrut Patrich Wanggai, Persebaya Masih Cari Striker Muda Potensial
• Antisipasi Penyakit DBD dan Leptospirosis, Dinkes Kota Surabaya Imbau Warga Galakkan 3 M
Dugaan sekolah, kayu penyangga plafon dan atap kelas ini sudah lapuk karena faktor usia dan rayap yang ada.
"Sejak saat itu, kami rapat dengan komite dan pimpinan kami untuk segera merenovasi bangunan tiga kelas ini sebelum terjadi kejadian yang tidak diinginkan. Ternyata, rencana kami kalah cepat dengan takdir," jelasnya.
Menurut Abdul Mu'id, pihak sekolah sebelumnya sudah menggelar rapat bersama komite beberapa kali setelah memutuskan pengosongan tiga kelas.
Rapat itu membahas tentang bagaimana mendapatkan uang untuk pembangunan atau renovasi kembali tiga kelas yang sudah mulai usang.
"Kami semua sepakat untuk segera merenovasi tiga kelas itu. Bahkan kami juga sudah nekat, ada atau tidak ada uang kami akan mencari cara agar bangunan ini tidak membahayakan sekolah dan anak didik semuanya," tambahnya.
Begitu menemukan jalan, takdir berkata lain.
Abdul Mu'id mengaku, rencananya bersama komite ini kalah cepat dengan takdir.