TRIBUNJATIM.COM - Otoritas China saat ini menghadapi masalah yang tak kalah memusingkan akibat virus Corona.
Permasalahan tersebut yakni terkait limbah dari barang sekali pakai yang digunakan sebagai pengaman dari virus Corona.
Barang tersebut terutama adalah masker sekali pakai yang banyak digunakan masyarakat untuk melindungi diri dari penularan virus Corona.
• Hotel Mewah Cristiano Ronaldo Jadi Rumah Sakit Gratis untuk Pasien Virus Corona Dipastikan Hoaks
Di Wuhan saja, sebagai kota yang dianggap sebagai epicentrum virus, seorang pejabat di Zona Pengembangan Ekonomi mengatakan, mereka mengumpulkan sekitar 200-300 kg masker yang dibuang setiap hari dari 200 tempat sampah yang disiapkan.
Kota itu telah memasang tempat sampah khusus untuk pembuangan masker di daerah perumahan, di jalan-jalan, dan di tempat umum lainnya.
• Keluarga 43 Hari Sembunyi di Pasar Wuhan China, Selamat dari Virus Corona Padahal Hanya Pakai Masker
Melansir dari SCMP, sulit untuk mendapatkan angka pasti jumlah masker yang dibuang.
Akan tetapi, Otoritas Lingkungan dan Kesehatan memperkirakan volume limbah medis di Wuhan secara keseluruhan meningkat 4 kali lebih besar menjadi lebih dari 200 ton/hari pada minggu lalu.
Produsen masker China sendiri memproduksi sekitar 116 juta per hari saat permintaan masker bedah melonjak di berbagai negara.
Menurut Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional, agen perencanaan ekonomi China, produksi tersebut mengalami 12 kali lipat lonjakan selama sebulan terakhir seiring meningkatnya jumlah kasus.
• Kim Jong-Un Disebut Kabur dari Pyongyang Korea Utara Takut Virus Corona, 3.700 Tentara Dikarantina
Kemampuan pengolahan limbah
Para pakar lingkungan menyoroti kemampuan pengolahan limbah medis China yang dianggap tidak memadai.
Otoritas Lingkungan dan Kesehatan mengatakan, masker maupun alat pelindung lain terutama barang yang dipakai oleh tenaga medis dan orang yang terinfeksi, harus diperlakukan sebagai limbah klinis dan disterilkan, sebelum dibakar pada suhu tinggi dengan alat khusus.
Sementara jumlah insinerator yag dimiliki China untuk pengolahan limbah medis tak dipublikasikan, akan tetapi para ahli mengatakan sebagian besar tetap tak berubah selama dekade terkahir.
• Politisi Sebut Urine & Kotoran Sapi Bisa Sembuhkan Pasien Virus Corona, Klaim 1 Rumah Sakit Terapkan
Yang menjadi kekhawatiran adalah kenyataan bahwa sebagian besar fasilitas untuk mengatasi limbah medis yang dibangun pada masa wabah SARS, 17 tahun lalu, saat ini mendekati akhir masa operasinya.
China sendiri dikenal sebagai pencemar dan penghasil sampah terbesar di dunia dengan 2 juta ton limbah medis pada 2018.