Beberapa hari belakangan, ia mengaku mulai merasa sakit.
Namun, ia belum memeriksakan diri ke dokter.
Salah satu anggota keluarga Putra yang enggan disebutkan identitasnya berujar, baru pada Selasa (24/3/2020) pagi, Putra merasa sakitnya agak parah.
“Keluarga tahu beliau sakit (semakin parah) saat pagi itu dari pembantu,” ujar dia kepada Kompas.com.
• VIRAL Cara Unik Dokter Agar Virus Corona Tak Menular ke Anak Istri, Ajak Para Suami Lakukan Ini
• Jaksa se Indonesia Serentak Terapkan Sidang Online Dampak Corona, Termasuk 5 Kejari di Jatim Ini
Pencarian rumah sakit
Pagi itu, sekitar pukul 08.00, Putra berinisiatif menghubungi nomor darurat Covid-19 DKI Jakarta.
Ambulans datang menjemputnya di rumah tengah hari, sekitar pukul 12.00 WIB.
“Dibawa ke rumah-rumah sakit utama untuk rujukan Covid-19, tapi waiting list karena banyak banget ternyata orang-orang (di rumah sakit rujukan) membeludak terus,” ujar dia.
RSUD Tarakan yang hanya sekitar 2 kilometer dari kediamannya menjadi tujuan pertama ambulans yang membawa Putra.
Upaya pertama itu tak berhasil.
Ambulans lalu melarikan Putra ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, Jakarta Timur, dan RSPI Sulianti Saroso (SS), Jakarta Utara.
“RS Persahabatan penuh, juga RSPI SS ditolak (karena) penuh. Ambulans kembali ke RSUD Tarakan,” kata dia sambil mengutip kronologi resmi pihak keluarga.
Belum juga mendapatkan rumah sakit yang mampu menerima dirinya, Putra mengembuskan napas terakhir.
Ia wafat sekitar pukul 13.36 tanpa sanak famili sempat mendampingi di dalam ambulans tersebut.
“Beliau kan sudah lansia juga. Mungkin harusnya langsung masuk ICU.