TRIBUNJATIM.COM - Terungkap hubungan menakutkan antara vape dan virus Corona atau Covid-19 menurut para pakar.
Beberapa kerugian fatal hanya akan didapat terkait hubungan menakutkan antara vape dan virus Corona.
Bahkan, satu poin menyebut bahwa asap vape bisa menyebarkan virus, termasuk Covid-19.
Simak ulasan lengkapnya.
• BOCOR Data yang Sangat Disembunyikan China ke Publik Soal Corona, Sudah Tahu Wabah Bakal Menyebar?
• Telepon Rahasia Pejabat China Bocor ke Publik, Ribuan Orang Bakal Selamat Jika Diumumkan Lebih Awal
• BOCOR Rekaman Rahasia Situasi RS saat Corona, Mayat Berserak & Tak Layak, Potret Kewalahan Memilukan
Inilah waktu yang paling tepat bagi Anda untuk berhenti menggunakan vape.
Menggunakan rokok elektronik, di mana Anda menghirup campuran rasa, nikotin, dan bahan kimia, kemudian memuntahkannya menjadi kabut halus, bukanlah hal yang baik untuk kesehatan, apalagi di masa pandemi virus Corona sekarang ini.
Catatan penting, Covid-19 “memangsa” paru-paru.
Setelah infeksi mencapai hidung atau tenggorokan, infeksi akan mulai beringsut menuju saluran pernapasan, memicu peradangan di paru-paru.
• TERUNGKAP 1 Negara Paling Aman dari Virus Corona, Penyelamatnya Tak Disangka, Dilakukan Sejak Lama
Dilansir dari Kompas.com (grup TribunJatim.com), untuk mengatasi infeksi dengan cepat, paru-paru harus dalam kondisi prima, sehingga mereka dapat bertarung dengan baik.
Sedangkan vape merusak paru-paru dan menekan sistem kekebalan tubuh sedemikian rupa, sehingga tubuh akan lebih sulit pulih dari Covid-19.
Penelitian tentang efek kesehatan jangka panjang vaping memang masih terbatas.
Tetapi, mengingat apa yang kita ketahui tentang merokok, Covid-19 dan infeksi pernapasan lainnya, para pakar atu ahli kesehatan dengan yakin mengatakan bahwa vaping tidak hanya akan meningkatkan risiko mengembangkan komplikasi dari virus Corona.
Tetapi, juga akan meningkatkan peluang untuk menyebarkan penyakit itu ke orang lain.
Bahkan, beberapa negara telah mengeluarkan rekomendasi kesehatan khusus tentang vaping dan Covid-19.
Berikut adalah beberapa efek menakutkan yang mungkin ditimbulkan oleh vaping terhadap virus Corona:
1. Vape meningkatkan kemungkinan infeksi virus Corona
Masalah yang paling jelas dari menggunakan vape adalah adanya kerusakan yang ditimbulkan pada paru-paru.
Ketika memakai vape, bahan kimia keras yang terkandung di dalamnya segera merusak sel-sel dalam sistem pernapasan, yang bertanggung jawab untuk mengatur sistem kekebalan tubuh.
“Yang mana ini juga merupakan garis pertahanan pertama tubuh untuk melumpuhkan penyakit pernapasan seperti Covid-19,” menurut Alexa Mieses, dokter keluarga di Durham, North Carolina, dan asisten profesor kedokteran keluarga untuk Fakultas Kedokteran Universitas North Carolina.
"Dalam waktu singkat, sistem kekebalan tubuh disibukkan dengan kerusakan yang ditimbulkan oleh uap pada paru-paru," lanjut Mieses yang juga menambahkan bahwa ini membuat tubuh jauh lebih sulit untuk melawan pathogen, seperti virus Corona.
• Telepon Rahasia Pejabat China Bocor ke Publik, Ribuan Orang Bakal Selamat Jika Diumumkan Lebih Awal
Senada dengan Mieses, menurut Robert Jackler, ketua departemen otolaringologi di Stanford Medicine, hal itu terjadi, karena vape menekan respons kekebalan paru-paru, meningkatkan keparahan dan durasi infeksi pernapasan lainnya seperti bronkitis, influenza, dan pneumonia.
“Vape diduga dapat menunda pemulihan, seperti halnya perokok yang batuk setelah flu atau virus Corona," kata Jackler.
Meskipun kami masih belajar bagaimana vape dapat memengaruhi risiko seseorang untuk terinfeksi Covid-19, para pakar kesehatan menduga hal tersebut mengikuti pola yang mirip dengan infeksi pernapasan lainnya.
2. Vape membuat paru-paru kesulitan mendapatkan oksigen
Covid-19 menyebabkan paru-paru terangsang dan membengkak, yang kemudian membuatnya lebih sulit untuk menyerap oksigen.
Jackler mengatakan, infeksi dapat mengurangi kemampuan paru-paru untuk menyerap oksigen hingga sekitar 50%.
Seseorang yang sehat dapat menggunakan oksigen tambahan dan sembuh dari infeksi.
Tetapi, jika kemampuan paru-paru sudah berkurang karena merokok atau vape, akan sulit mendapatkan oksigen dan sembuh.
“Kemampuan tubuh untuk menahan kerusakan di paru-paru - sangat dipengaruhi oleh riwayat merokok dan vape,” kata Jackler.
Ini dapat menempatkan pengguna vape pada risiko yang lebih tinggi untuk mengalami komplikasi Covid-19 yang lebih serius.
3. Asap vape dapat menyebarkan virus Corona
Ketika seseorang menggunakan vape, mereka menarik napas dari perangkat, uapnya bercampur dengan sekresi di paru-paru, tenggorokan dan hidung, kemudian mereka meniupnya.
"Ada dua hal yang ada di udara - ada tetesan dari kandungan vape, tetapi telah terkontaminasi oleh sekresi dari dalam paru-paru yang mungkin kaya dengan virus," kata Jackler.
Inilah bagian yang memprihatinkan tentang semua ini.
Virus Corona sebagian besar menyebar melalui tetesan pernapasan yang dikeluarkan ketika orang berbicara, batuk atau bersin.
Tetesan pernapasan cukup besar, sehingga gravitasi mampu menarik tetesan ke bawah, karena itu tetesan tersebut tidak bertahan lama di udara.
• BOCOR Data yang Sangat Disembunyikan China ke Publik Soal Corona, Sudah Tahu Wabah Bakal Menyebar?
Tetapi aerosol yang dilepaskan dalam asap vape sangat kecil, sehingga mereka dapat bertahan di udara lebih lama.
"Jika seseorang baru saja menggunakan vape di sebuah ruangan kecil, terutama dengan salah satu perangkat bertenaga tinggi, sekresi paru-paru mereka sendiri dapat melayang di udara selama beberapa menit atau bahkan beberapa jam setelah mereka melepaskan asap," kata Jackler.
Jika pengguna vape terinfeksi Covid-19 dan mengeluarkan asap ke udara yang mengandung aerosol kecil yang terkontaminasi itu, orang lain secara teoritis dapat tertular virus saat memasuki ruangan segera setelah itu.
Prosesnya mirip dengan bagaimana petugas kesehatan dapat terinfeksi virus melalui udara, karena prosedur medis yang harus mereka lakukan pada pasien.
4. Risiko tertular virus tinggi
Menggunakan vape itu sendiri secara inheren meningkatkan risiko tertular virus.
Bayangkan saja, Anda meletakkan sesuatu di tangan, lalu berulang kali membawanya ke arah mulut- yang mana semua orang saat ini diimbau untuk tidak melakukan hal itu demi mencegah penyebaran virus Corona.
"Kecuali jika Anda mencuci tangan setiap kali menggunakan vape dan selalu membersihkan perangkat vape. Tapi jika tidak, itu dapat mengirimkan virus ke dalam mulut dan menyebabkan infeksi," kata Jackler.
Kekhawatiran utama lainnya adalah, bahwa sebagian besar pengguna vape adalah remaja dan mereka cenderung tidak melakukannya sendirian, tapi bersama-sama dalam kelompok.
"Mereka sering berbagi perangkat vape dan tentu saja itu berisiko menularkan infeksi Covid-19," lanjutnya.
Meskipun diperkirakan bahwa orang yang berusia lebih muda akan lebih mudah pulih dari Covid-19, bukan berarti mereka tak bisa mengalami kondisi parah - terutama jika paru-paru mereka sudah rusak akibat vape.
Bahkan, jika ada pengguna vape yang berusia lebih muda memiliki gejala virus Corona yang ringan, mereka akan menjadi “penyebar diam” yang mempercepat penyebaran Covid-19 pada tingkat yang mengkhawatirkan.
• ISI Obrolan Tersembunyi Pejabat China, 6 Hari Tahu Corona Bisa jadi Pandemi, yang Diumumkan Kontras
Para pakar kesehatan ingin Anda berhenti sekarang!
Semakin cepat berhenti akan semakin baik untuk kesehatan.
Jika Anda kecanduan vape, hubungi dokter untuk mendiskusikan berbagai opsi, permen mungkin bisa membantu menjadi pengganti saat ini.
Jika Anda kecanduan nikotin, Jackler merekomendasikan untuk mencoba pengganti nikotin seperti permen pelega tenggorokan, permen karet atau apapun yang tidak melibatkan menghirup bahan kimia dan terus-menerus membuat Anda menyentuh mulut.
Melakukan hal itu akan membantu mengurangi peluang untuk terinfeksi dan juga meningkatkan fungsi kekebalan paru-paru.
"Berhenti mengepulkan asap sesegera mungkin," kata Mieses.
“Vape dan merokok tidak membantu seseorang dengan cara apa pun atau bentuk apa pun, ketika mereka melawan infeksi pernapasan, seperti Covid-19.
UPDATE Virus Corona 17 April 2020
Data Worldometers hingga Jumat (17/4/2020) pagi menunjukkan kasus infeksi virus Corona jenis baru tercatat 2.178.848 kasus.
Dari angka itu, sebanyak 145.359 orang meninggal dunia, dan pasien sembuh sebanyak 546.743 orang.
Sejumlah negara masih melaporkan penambahan angka kasus yang cukup tinggi, sementara di beberapa negara di Eropa mengalami tren penurunan.
• RATAPAN Anak Dirudapaksa Bapaknya Hingga Melahirkan, Hamil Diminta Layani, Sembunyi Dibalik Pembalut
Berikut 10 negara dengan laporan kasus virus Corona tertinggi di dunia:
1. Amerika Serikat: 676.339 kasus, 34.552 orang meninggal dunia, dan 57.271 sembuh
2. Spanyol: 184.948 kasus, 19.315 orang meninggal dunia, dan 74.797 sembuh
3. Italia: 168.941 kasus, 22.170 orang meninggal dunia, dan 40.164 sembuh
4. Perancis: 165.027 kasus, 17.920 orang meninggal dunia, dan 32.812 sembuh
5. Jerman: 137.698 kasus, 4.052 orang meninggal dunia, dan 77.000 sembuh
6. Inggris 103.093 kasus, 13.729 orang meninggal dunia
7. China: 82.341 kasus, 3.342 orang meninggal dunia, dan 77.892 sembuh
8. Iran: 77.995 kasus, 4.869 orang meninggal dunia, dan 52.229 sembuh
9. Turki: 74.193 kasus, 1.643 orang meninggal dunia, dan 7.089 sembuh
10. Belgia: 34.809 kasus, 4.857 orang meninggal dunia, dan 7.562 sembuh.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Hubungan Mengerikan antara Vape dan Virus Corona" dan "Update Virus Corona Dunia 17 April: 2,1 Juta Orang Terinfeksi, Perkembangan dari AS dan Inggris".