Laporan Wartawan TribunJatim.com, Tony Hermawan
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - New normal atau normal yang baru, mulai gencar digaungkan oleh pemerintah dalam menghadapi masa pandemi virus Corona atau Covid-19.
Namun melihat kurva pasien Covid-19 yang kian bertambah, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Surabaya, menilai rencana pemerintah menerapkan new normal, belumlah tepat dilakukan di Surabaya dan Jawa Timur.
Seperti yang dikatakan oleh Ketua IDI Surabaya, dr Brahmana Askandar.
Ia mengatakan demikian sebab, jumlah kasus virus Corona saat ini belum menunjukkan tren penurunan.
"Kalau di surabaya belum tepat. Surabaya dan Jatim belum tepat waktunya untuk melakukan new normal atau pelonggaran," kata dr Brahmana Askandar saat dihubungi, Rabu (20/5/2020).
• IDI Surabaya Minta Warga Menahan Diri dalam Perayaan Idul Fitri 2020: Biar Tenaga Medis Gak Tumbang
• NEWS VIDEO: 3 Tenaga Medis di Surabaya Meninggal Dalam Tiga Hari karena Corona, Inilah Sosoknya
Ia bahkan pesimistis pada kesiapan masyarakat menghadapi new normal.
Hal itu berkaca pada kondisi masyarakat sekarang yang kerap kali mengabaikan mengikuti aturan physical distancing.
"Kita lihat saja aturan PSBB masih banyak yang tidak mengindahkan. Apalagi kalau menerapkan new normal, imbauan physical distancing, tidak bergerumbul, pakai masker, bisa saja malah tidak diikuti dengan benar," ujarnya.
Menurut dr Brahmana Askandar, new normal baru ideal dilakukan saat kasus virus Corona di Surabaya mulai melandai.
• Inilah Profil Perawat RSUD dr Soewandhie Surabaya Yang Gugur Terinfeksi Corona, Terkenal Ramah
• Seminggu PSBB Tahap 2, Mall di Surabaya Malah Ramai, Pengunjung Berburu Kue Lebaran hingga Baju Baru
"New normal itu sebaiknya diterapkan ketika kasus sudah mulai turun, transmisi lokal sudah mulai melandai. Kalau sekarang di Surabaya masih di tengah-tengah perjuangan. Jadi masih belum melandai," katanya.
Di sisi lain, jika new normal benar-benar diterapkan, ia hanya bisa berharap masyarakat makin sadar mentaati segala protokol kesehatannya.
"Kami sendiri tidak tahu kapan berakhir (pandemi virus Corona). Jadi kalau ada protokol new normal itu PR-nya 1, harus ditaati oleh masyarakat. Tapi kalau aturan new normal tidak ditaati, hasilnya tidak optimal, korban-korban akan berjatuhan," tutup dia.
Editor: Dwi Prastika
• 6 Pegawai Depot Bandel Tak Patuhi Jam Malam PSBB Surabaya, Berulang Kali Ditegur, Gini Endingnya
• Dishub Jatim Tuntaskan Pembagian 500 Paket Sembako dari Gubernur Khofifah untuk Ojol di Malang