TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Dampak ditutupnya 50 persen aktivitas kantin pujasera yang terletak di samping Kantor Satpol PP Surabaya, membuat pendapatan pedagang tersebut menurun.
Satu di antara pedagang yang enggan disebut namanya mengatakan, jika sebelum ditutup sehari-hari dirinya bisa meladeni 50 porsi nasi, sekarang kondisinya jauh berbeda.
"Sebelum penutupan sehari 50 porsi sekarang sampai sore ini baru dapat 40 ribu," kata dia, Rabu (1/7/2020).
• BREAKING NEWS: Geram Banyak PNS Nongkrong saat Jam Kerja, Risma Tutup Kantin di Samping Satpol PP
Tak hanya itu, imbas dari penutupan kantin, saat ini hanya 5 pedagang yang bertahan.
Sementara pedagang lain memilih tutup.
"Tinggal 5 yang bertahan lainnya sudah nggak mampu. Buat belanja lagi nggak ada hasil julan habis dimakan," ujarnya.
• Kisah Istri Lihat Suami Nikahi Adik Kandung, Wasiat Terakhir Terpenuhi, Wafat saat Ijab Kabul Usai
• Maia Estianty Keheranan Tahu Harga Makanan Kiriman Suami, Dul: Gak Salah Harga Bun?, Lihat Wujudnya
Kondisi sepi itu dipengaruhi karena, kantin meski pedagang diperbolehkan berjualan, namun, kantin tersebut dilarang menyediakan meja kursi untuk makan di tempat.
"Kantin ini setengah ditutup setengah enggak. Artinya gini, buka boleh tapi gak boleh pasang meja, kursi. Podo ae mbujuk ngene iki (sama saja bohong kalau gini)," katanya.
Kendati demikian, saat disinggung terkait banyaknya pegawai Satpol PP yang nongkrong saat jam kerja, dirinya menampik hal itu.
• Geramnya Wali Kota Risma Lihat Banyak Pegawai Nongkrong, Kantin Samping Kantor Satpol PP Ditutup
Menurutnya para pengunjung hanya berkunjung untuk urusan makan, selebihnya mereka kembali bekerja.
"Gini ya standar orang makan sudah habis ya selesai. Gak terus nongkrong lama kayak di warkop. Pokoknya secukupnya selesai kerja lagi," ungkapnya.
Pedagang tersebut berharap aturan itu bisa segera dihilangkan.
• Kantin Samping Kantor Satpol PP Ditutup Risma, Linmas-ASN Dilarang Nongkrong, Ketahuan Dimarahi
Ia menginginkan kantin bisa berjalan normal seperti sebelumnya.
"Memang saya akui Bu Risma sosialnya tinggi. Pedagang di sini gak ada yang ditarik biaya sewa. Hanya tarikan iuran setiap hari semampunya. Tapi sekarang kami juga butuh buat makan, anak sekolah, kan sekarang mendekati pendaftaran. Kan susah juga kalau jualan seret. kalau bisa ya kembalikan seperti dulu," pungkasnya.
Penulis: Tony Hermawan
Editor: Arie Noer Rachmawati