TRIBUNJATIM.COM, LUMAJANG - Adanya pandemi virus Corona atau Covid-19, membuat para murid tak bisa melakukan pembelajaran secara langsung di kelas. Pemerintah pusat menginstruksikan aktifitas ini diganti secara daring.
Sayangnya, metode belajar online di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur masih kerap menemui beberapa kendala. Seperti masih jarangnya siswa-siswi yang memiliki handphone, atau sulitnya jaringan sinyal di menjangkau wilayah tempat tinggal siswa.
Berangkat dari masalah ini, pemerintah setempat membuat program guru sambang (gusam) siswa. Yang dimana lewat program ini, para guru datang ke rumah murid atau balai desa untuk memberikan materi pelajaran.
Uniknya di wilayah Senduro, ada sekolah SMPN Satu Atap Burno yang lebih memilih melangsungkan kegiatan gusam di lahan terbuka, yaitu Hutan Burno.
Para siswa mengikuti pembelajaran tatap muka dengan menggelar karpet di tanah hutan.
• Blitar Heboh, 1 Warga Tewas Diduga Seusai Tenggak Miras, Satu Orang Lagi Kritis di Rumah Sakit
• Jelang Pengumuman Rekom PDI Perjuangan, Bacawawali Armuji Pilih Lawan Covid-19 Bareng Warga Surabaya
• Kontak dengan Pasien Sembuh Covid-19, 3 Santri Putra Al Izzah Kota Batu Dites Usap
Dengan tetap menerapkan protokol, selama pembelajaran berlangsung guru maupun para murid menggunakan masker untuk upaya pencegahan penularan virus corona.
Mamik Setiawati Kepala Sekolah SMPN Satu Atap Burno mengatakan, memilih hutan dijadikan tempat pembelajaran karena sebagian besar anak didiknya mengaku sudah bosan jika masih harus terus belajar di rumah.
"Tujuannya biar anak-anak bisa merasakan keindahan alam sekaligus untuk meningkatkan imun mereka, karena anak-anak sudah bosan di rumah," kata Mamik, Rabu (2/9/2020).
Dengan langsung menerjunkan para muridnya di lahan terbuka, Mamik berharap para muridnya bisa memanfaatkan keadaan alam untuk diimplementasikan pada materi pembelajaran.
"Jadi anak-anak bisa praktek langsung dengan memanfaatkan benda-benda (seperti daun kering) yang ditemukan di alam," ucapnya.
Nica Natalia, salah satu murid mengatakan, belajar di alam terbuka memiliki sensasi sendiri.
Tak menampik, dirinya mengaku lebih senang belajar di hutan ketimbang musti belajar di rumah dengan menggunakan handphone.
"Belajar di hutan yang masih asri rasanya sejuk intinya lebih senang belajar di alam," ucapnya.
Namun disisi lain, dirinya juga merasa sedih. Sebab pelaksanaan gusam hanya bisa diikuti dengan jumlah siswa yang terbatas.
Memang SMPN Satu Atap Burno dalam melakukan gusam di hutan Burno, dalam sehari dibagi menjadi dua sesi.
Setiap sesinya, maksimal hanya bisa diikuti dengan 6 orang. Ini dimaksudkan agar tidak ada kerumunan selama pembelajaran berlangsung.
"Kurang seru biasanya kan gabung sama temen-temen. Sekarang teman-teman cuma 5-6 orang," ujarnya. (Tony H/Tribunjatim.com)