10 Keluarga ABK TB Immanuel WGSR 3 yang Hilang Nasibnya Kian Merana, Tabungan Menipis

Penulis: Samsul Arifin
Editor: Yoni Iskandar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ana beserta bayinya (kanan) saat mendatangi PT WGSR bersama keluarga korban 10 ABK kapal yang hilang, Kamis (13/8/2020).

TRIBUNJATIM.COM, GRESIK – Nasib keluarga 10 anak buah kapal (ABK) TB Immanuel WGSR 3 yang hilang semakin tak menentu. Kompensasi gaji dari perusahaan tidak kunjung diterima, tabungan untuk makan sehari-hari pun mulai menipis.

Fitriana, istri dari Robby Dwi Permadi ABK yang menjadi korban hilangnya kapal milik PT WGSR itu bingung. Sudah berulang kali ke Gresik untuk menanyakan nasib suaminya itu tidak pernah ada kepastian sejak bulan Juli lalu.

Warga Tandes, Surabaya ini pun rela dari Gresik ke Surabaya bersama anggota korban lainnya mengendarai mobil rentalan yang dibayar patungan. Sayangnya, kedatangan mereka ke kota Pudak tidak pernah sesuai harapan.

PT WGSR sendiri seolah lepas tangan, dihubungi melalui telepon, chat wa bahkan didatangi langsung di alamat perusahaan di Kebomas juga tidak ada orang. Wanita berusia 31 tahun ini hampir putus asa menanyakan tanggungjawab perusahaan.

Ia saat ini menjadi single parent, mengasuh buah hatinya yang masih balita seorang diri di dalam rumah. Nasib suaminya yang berlayar ke Larantuka, NTT juga tidak diketahui apakah masih hidup atau seperti apa.

“Saya hanya mengandalkan uang tabungan semenjak suami saya hilang bersama ABK kapal yang lain sejak Juli,” kata wanita yang disapa Ana kepada TribunJatim.com, Minggu (20/9/2020).

Harga Tiket Masuk Ngerit Stone Park, Tempat Wisata Unik di Trenggalek, Ada 12 Spot Bisa Dijelajahi

PN Surabaya Tidak Lockdown Kendati Seorang Hakim Positif Covid-19, Tetap Layani Pencari Keadilan

Mobil Suzuki Splash VS KA Commuter di Beji Pasuruan, Satu Orang Tewas

Ia tidak kuasa dengan sikap perusahaan yang menganggap kejadian ini seperti musibah biasa. Akhirnya, keadaan membuat Ana harus membesarkan putrinya seorang diri tanpa keberadaan suami yang dinikahinya beberapa tahun lalu.

Bantuan materi dari orang tua hanya cukup untuk membeli makan, sedangkan kebutuhan popok dan perlengkapan bayi lainnya membuat ibu satu anak ini berhemat.

“Kadang minum susu masih rewel, anak saya juga sedikit sekali makan,” paparnya kepada TribunJatim.com.

Ana sebenarnya ingin berjualan, namun ia tidak bisa melakukannya. Berbagai pertimbangan berada di benaknya, daya beli masyarakat di tengah pandemi membuatnya ragu.

“Mau jualan online tapi kondisinya pandemi, bantuan dari orang tua tidak bisa saya jadikan pegangan terus menerus,” terangnya.

Mencari tanggung jawab dari perusahaan akan kembali dilakukannya. Ia akan kembali ke Gresik bersama saudaranya, menagih kompensasi perusahaan yang membuatnya kehilangan sang suami. Dalam tuntutan keluarga keluarga korban 10 ABK yang hilang, meminta perusahaan membayar kompensasi sebesar Rp 150 juta per ABK.

“Selasa besok saya akan kembali ke Gresik,” pungkasnya.

Pantauan di lapangan, perusahaan yang berdiri di Jalan Mayjend Sungkono, Prambangan, Kebomas, Kabupaten Gresik tampak sepi tidak ada orang.

Sekadar informasi, owner PT WGSR berinisial WG tersandung kasus hukum lainnya dan saat ini meringkuk di balik jeruji besi Mapolres Gresik.

Halaman
12

Berita Terkini