Reporter: Fatimatuz Zahroh| Editor: Heftys Suud
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meyakinkan bahwa Jawa Timur (Jatim) memiliki keunggulan daya tarik yang besar untuk investor.
Momen awal tahun dijadikan sebagai waktu yang tepat untuk menggaet investor.
Terutama ia meyakinkan, Jatim memiliki efiesiensi yang tinggi dan juga menguntungkan bagi investor yang ingin menanamkan modal untuk berusaha.
Hal itu dibuktikan dengan tingkat Incremental Capital-Output Ratio (ICOR) Jatim yang rendah. Bahkan lebih rendah dibandingkan dengan ICOR di daerah daerah lain di Indonesia.
Baca juga: Sriwijaya Air Pastikan Santunan untuk Korban Jatuhnya Pesawat SJ 182 Asal Kediri Telah Diselesaikan
Baca juga: Terpapar Covid-19, Tiga Orang Dalam Satu Keluarga di Kabupaten Trenggalek Meninggal
"ICOR Jatim selalu lebih rendah, sekarang kita di posisi 5,2. Angka ini lebih rendah dibanding ICOR rata-rata nasional 6,81 dan beberapa daerah lain, seperti DKI Jakarta 7,57, kemudian Banten 5,81 dan Jawa Tengah 5,83," kata Khofifah, Sabtu (23/1/2021).
"Ini menunjukkan bahwa berinvestasi di Jatim lebih efisien daripada rata-rata berinvestasi di Indonesia,” tambahnya.
Lebih lanjut, mantan Menteri Sosial ini menuturkan, ICOR merupakan parameter ekonomi makro yang menggambarkan rasio investasi kapital terhadap hasil yang diperoleh dengan menggunakan investasi tersebut.
Besaran ICOR ini juga merupakan proxy efisiensi sebuah perekonomian. Semakin rendah nilai ICOR, mengindikasikan semakin tinggi produktivitas kapital.
Baca juga: PPKM di Kota Kediri Diperpanjang hingga 8 Februari 2021, Wali Kota Mas Abu Dorong Gedor Pasen
Baca juga: Ceritakan Sisi Lain Prancis, Mahasiswa Kedokteran Unusa Tulis Buku Its Not Just Eiffel
Angka ICOR yang rendah bukan hanya di tahun ini. Namun di tahun 2019, ICOR Jatim sebesar 5,25 angka ini juga lebih rendah dibandingkan rata-rata nasional 6,87.
"Untuk meningkatkan 1 unit output di Jawa Timur, diperlukan investasi fisik sebesar 5,25. Jelas Jatim menawarkan efisiensi yang lebih tinggi, sekaligus menjanjikan imbal balik yang lebih menguntungkan,” tegasnya.
Dalam rentang lima tahun terakhir, realisasi investasi Jatim mengalami dinamika. Dan khusus pada dua tahun terakhir sejak Jatim dipimpin Gubernur Khofifah, realisasi investasi terus terdongkrak naik, setelah dua tahun sebelumnya mengalami perlambatan.
Bahkan, pada periode Januari sampai dengan September 2020, realisasi investasi Jatim telah melampaui capaian tahun sebelumnya, yakni sebesar Rp. 66,5 triliun. Sedangkan di tahun 2019 sebesar Rp 58,4 triliun.
"Dari sisi pertumbuhan, total investasi Jatim naik 42,1%. Ini adalah yang tertinggi di Jawa, yang sebagian besar justru tumbuh negatif," katanya.
Secara komposisi, investasi Jatim terutama ditopang oleh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Diakui oleh Gubernur Khofifah, PMDN memang menjadi backbone investasi di Jatim.