Baca tanpa iklan
Masdi sudah 31 tahun berjualan cilok.
Ia biasa berjualan di Grobogan dan Blora.
Bahkan, Masdi sesekali juga menyambangi Bojonegoro, Tuban serta Rembang hanya untuk menjajakan ciloknya.
Kesenioran Masdi dalam urusan cilok terbukti dengan sebutan Masdi Cilok.
Pada TribunJateng.com, Masdi mengaku memulai berjualan cilok sejak 1990.
Pria kelahiran 1969 ini mulai berjualan cilok saat ia merantau ke Jakarta.
"Pentol ini saya terinspirasi dari cilok yang khas Jawa Barat," ujar Masdi, Kamis (8/4/2021).
"Saat merantau di Jakarta dan sekitarnya seringkali ada yang jualan cilok, maka saya berpikiran untuk jualan di kampung halaman."
Pria asal Dusun Kedungjati, Desa Banjarejo, Kecamatan Gabus, GrobogaN, ini mulai berjualan cilok memakai setelan jas sejak 10 tahun yang lalu.
Penampilan necis Masdi terbukti ampuh menarik pelanggan.
Namun ternyata, Masdi tak hanya berjualan memaki setelan jas.
Di hari Jumat, ia biasa menggunakan sarung serta baju koko.
"Pakai khaki kalau Senin biasanya," ujar Masdi.
Masdi punya cara lain memikat hati pembeli.
Selain memakai setelan jas, Masdi juga memasang speaker kecil di gerobak jualannya.
Speaker tersebut selalu memutar rekaman pengajian.
"Ini yang ceramah adalah guru pesantren anak saya. Anak saya yang ketiga nyantri di Wedung, Demak. Saya juga ikut ngaji ke sana," ucapnya.
"Hidup itu mau apa, kan ya saling mengingatkan dan hati ini agar selalu bersih."
Dalam sehari, Masdi bisa menjual 50 kilogram cilok.
Ia biasa berjualan mulai pukul 15.00 hingga 01.00 WIB dini hari.
Meski harus berjualan hingga dini hari, Masdi setiap pagi harus mencari rumput untuk sampi yang dipeliharanya.
Baca juga kumpulan berita viral hari ini