Ngaji Gus Baha

Gus Baha : Hargai Tukang Parkir, Ojek, Penjaga Toko dan Pekerja di Malam Hari Tidak Bisa Tarawih

Penulis: Yoni Iskandar
Editor: Yoni Iskandar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gus Baha dan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj

“loh Kok bisa, Gus..?” kata Kiai tersebut.

“Kamu kan mengajarkan supaya orang berbuat baik kepada keluarganya. Mungkin orang yang tidak mengaji itu sedang mempraktekkan ajaran itu. Dia mungkin sedang makan Bakso dengan keluarganya. Kamu kan mengajarkan supaya orang mencari nafkah yang halal. Nah, orang yang tidak datang itu mungkin sedang bekerja mencari Nafkah yang halal untuk kehidupan keluarganya,” jelas Gus Baha.

Mendapat jawaban tersbeut, kia tersebut hanya bisa diam.

“Masak sih, Gus..?”

“Loh kamu itu dikasih tahu kok gak percaya. Makanya, jadi kiai itu yang bijak,” timpal Gus Baha.

“Kiai itu penyangga umat banyak. Kalau mau bikin kajian, ya jangan saat orang bekerja. Jangan sampai orang-orang berpikir bahwa Islam itu hadir sebagai masalah,” terang Gus Baha.

Ahli Ibadah dan Seorang yang Suka Tidur

Gus Baha pernah menceritakan tentang perbandingan orang ahli ibadah dengan orang yang ahli tidur. Lebih tinggi mana maqomnya?

Seorang ahli ibadah yang hampir setiap hari puasa sunah, malamnya rajin salat tahajud, suatu saat bertanya kepada Tuhan.

“Tuhan, adakah orang yang lebih baik dari aku?”

Tuhan lalu menjawab: “Ada.”

“Tunjukkan kepadaku, siapa orang itu ya Tuhanku…” pinta si tukang ibadah.

Tuhan lalu menunjukkan seseorang yang suka tidur.

Segera si tukang ibadah protes. “Tuhan, kenapa orang yang suka tidur bisa lebih baik dibanding aku?”

“Kamu rajin beribadah siang dan malam, karena khawatir masuk neraka. Kamu sesungguhnya meragukan kasih sayangku. Sementara orang itu tidur karena yakin aku akan memasukkannya ke dalam surga. Dia tenang karena yakin begitu melimpahnya kasih sayangku.”

Berita tentang Gus Baha

Berita Terkini