Eko Yuli Irawan The Movie: Gembala Kambing ke Olimpiade, Menembus Batas dan Menjaga Mimpi Jadi Juara

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Film pendek Eko Yuli Irawan The Movie.

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Ficca Ayu Saraswaty

TRIBUNJATIM.COM - Film pendek Eko Yuli Irawan The Movie, diangkat dari kisah nyata perjalanan atlet angkat besi Eko Yuli Irawan. Kisah perjalanan lifter kebanggaan Indonesia itu diangkat menjadi sebuah film pendek oleh brand apparel olahraga lokal, SFIDN Fits.

Film ini menceritakan masa kecil Eko, dari penggembala kambing hingga berhasil ke Olimpiade. Bagi Eko, film ini memberikan penggambaran kisah perjalanannya dan harapannya bisa menginspirasi banyak orang.

“Mungkin selama ini orang-orang hanya tahu ceritanya Eko, tapi belum tahu seperti apa masa kecilnya, perjalanannya sampai ke tahap Olimpiade, sekarang sudah ada film ini, visualnya sudah ada dan bisa dilihat langsung. Dari film ini bisa dilihat kenyataannya Eko itu begini, tidak perlu lagi menjelaskan detail, ini film-nya sudah menceritakan semua.

Meski durasinya pendek karena waktu pembuatannya mepet, tapi semoga bisa menggambarkan perjalanan Eko kecil sampai menuju tingkat Olimpiadenya itu seperti ini,” ujar pria kelahiran 24 Juli 1989 itu pada TribunJatim.com, Senin (23/8/2021).

Baca juga: Di Balik Sepeda BMX Atlet Olimpiade Tokyo 2020 Ada Tangan Alumni ITS

Eko Yuli Irawan The Movie (Instagram.com/@ekopower61)

Edlin Antony Solihin, Co-Founder SFIDN Fits mengungkapkan alasannya mengangkat kisah perjalanan Eko menjadi film pendek. Ia menyebut ada tiga poin penting dari karakter Eko yang bisa ditiru orang-orang Indonesia.

“Pertama, dia (Eko) punya tanggung jawab, baik itu terhadap pekerjaan atau keluarganya. Kedua, Eko terus menembus batasan-batasan dia dan itu sesuai dengan tagline kami " You are Your Only Limit ". Ketiga, Eko berkomitmen, meski cedera tetap berjuang, tiap hari latihan, dan nutrisinya terjaga,” papar Edlin.

Di Behind the Scene film ini sendiri ditampilkan Outdoor Set: Lapangan, Halaman, Warung dan Indoor Set: Gudang, Rumah, Pos Ronda. Untuk lokasi syutingnya yakni di Kampung Ciukuy leutik, desa Singasari, Jonggol.

Baca juga: Menikah Muda Itu Asyik, Psikolog Yudha: Kalau Kesiapan Usia, Mental, hingga Finansial Sudah Dipenuhi

Karakter Eko Yuli yang Jadi Panutan

Alasan Edlin memutuskan untuk mengangkat kisah Eko karena sesuai dengan motto SFIDN Fits yakni “ You are Your Only Limit ”.

Sebelum pembuatan film, Edlin dan tim ingin membuat cerita seseorang melampaui batasannya. Di sini, Eko berhasil menembus batasan dirinya sebagai atlet angkat besi yang meraih medali di setiap Olimpiade dengan perjuangan dan konsistensinya.

“Belum banyak yang memfokuskan cerita Eko semasa kecil sampai sukses, karena itu saya ingin mengangkat cerita Eko dan semoga bisa menginspirasi dan motivasi orang lain agar bisa mengikuti jejaknya,” jelas Edlin.

Edlin menjelaskan ada tiga karakter Eko Yuli Irawan yang bisa dijadikan panutan.

“Tanggung jawab terhadap pekerjaan dan keluarga. Ia tidak melupakan tanggung jawabnya untuk menjaga kambing sembari latihan angkat besi semasa kecil, dan meningkatkan derajat keluarga dari prestasinya angkat besi. Anak-anak sebayanya mungkin masih main bola atau layangan, tapi Eko dari usia 11 tahun sudah berkomitmen untuk berlatih angkat besi dan melaksanakan tangung jawab menjaga kambing,” imbuhnya.

Baca juga: Menikah Muda Itu Asyik, Psikolog Yudha: Kalau Kesiapan Usia, Mental, hingga Finansial Sudah Dipenuhi

Kesan Pertama Diajak Main Film

Eko Yuli Irawan The Movie oleh SFIDN Fits. (YouTube SFIDFITS)

Eko Yuli Irawan mengungkapkan kesan pertamanya saat mendapat tawaran kisah perjalanannya dijadikan film pendek. Ia merasa senang dan tidak menyangka.

“Pertama rasanya kaget, pertama kali bertemu dengan tim baru ngobrol virtual, enggak tahunya semua sudah siap dari cerita sampai lagu sudah ada. Bersyukur ada yang mau membantu, setidaknya ada penggambaran perjalanan Eko itu seperti apa,” ungkap sang peraih medali perak di cabor angkat besi Olimpiade Tokyo 2020.

Film ini dihadirkan agar publik bisa secara langsung melihat perjalanan Eko. Menariknya, respons yang diterima ketika film ini rilis terbilang luar biasa. Banyak yang menyambut dengan antusias dan berharap durasi filmnya bisa ditambah.

“Mungkin selama ini yang diberitakan di media atau berita hanya tentang cerita Eko, sekarang sudah film ini, secara visual bisa dilihat langsung, kenyataan itu begini, tidak perlu menjelaskan detail, karena filmnya sudah menceritakan semua,”

“Ada yang berkomentar kalau durasinya kurang panjang. Kalau disambungin event per event bisa panjang, tapi karena waktunya mepet, meski pendek semoga bisa menggambarkan perjalanan Eko kecil sampai menuju tingkat Olimpiadenya,” terangnya.

Baca juga: Kisah Ramadan Pelajar Indonesia Puasa 16 Jam di Turki-Inggris, Tak Ada Azan hingga Masjid Dihidupkan

Menembus Mimpi, From Zero to Hero

Keunikan film ini yakni dititikberatkan pada sosok yang mau menembus mimpinya hingga menjadi seseorang yang luar biasa.

“From Zero to Hero menembus mimpi, tentang Eko yang keinginannya sempat ditolak orangtuanya, merantau dari Metro Lampung ke Parung Panjang Bogor untuk menggapai mimpi, dsb,” ujar Eko.

“Kata pelatihnya, Eko ini enggak pernah melihat musuhnya seberapa besar atau kuat, justru ia lebih fokus ke diri sendiri. Ia bisa mentengarai target dan menembus batasan sendiri. Kalau sudah mencapai suatu target biasanya seseorang mudah puas, tapi Eko ini beda, karenanya ia bisa meraih medali berturut-turut. Progresitivitas dan kemauannya melampui batasannya luar biasa,” papar Edlin.

Baca juga: Janji Teruskan Perjuangan Pakde, Mira Kirana ‘The Next Didi Kempot’ Ajak Anak Muda Cinta Budaya Jawa

Alur Cerita dan Setting Dibuat Semirip Mungkin

Alur cerita dan setting di film ini dibuat semirip mungkin agar bisa merepresentasikan kisah Eko dengan baik.

“Lingkungan saat kecil dibuat semirip mungkin, misalnya rumah tanpa dan pemilihan lokasi disesuaikan dengan jadwal Eko. Tidak mungkin ke Lampung karena kejauhan, dan tidak di Jakarta karena kondisinya tidak sama seperti lingkungan masa kecil Eko,” ungkap Edlin.

“Scene GOR-nya tempat di mana Eko dan dua temannya latihan angkat besi dibuat sesuai dengan hasil wawancara dengan Eko. Begitu pula dengan kondisi rumah, pekerjaan ibu Eko yang jualan warung di depan rumah. Semua adegan dibuat semirip mungkin agar orang bisa tahu seperti apa perjuangan Eko.

Bahkan, Eko saat itu dapat hadiah dari angkat besi dibuat untuk beli lahan di sebelah rumahnya untuk dipersembahkan pada kedua orangtuanya. Itu komitmen Eko dari 11 tahun sampai bisa achieve seperti sekarang. Eko orangnya stay true to himself, meningkatkan keluarganya, supaya orangtua bisa bangga dan pencapaiannya juga untuk orangtuanya,” papar Edlin.

Baca juga: Berjaya di Panggung Balet, Michael Halim Peraih Solo Seal Punya Mimpi Besarkan Balet Kontemporer

Sinopsis Film

Eko adalah seorang anak penggembala kambing dari Lampung yang memiliki cita-cita membahagiakan dan meningkatkan kehidupan keluarganya.

Dalam ambisinya, ia menemukan olahraga angkat besi secara tidak sengaja dan berkecimpung di sana. Awalnya, teman-teman dan orang tua Eko tidak setuju karena mustahil ia bisa hidup dari angkat besi, tapi Eko kecil tetap konsisten dengan ambisinya karena ia yakin kelak bisa membuat keluarga dan bangsanya bangga, jadi ia tetap membulatkan tekat untuk tetap berlatih angkat besi sekaligus menjaga kambing-kambingnya.

Keringat dan kebahagiaan masa kecilnya ia relakan hanya untuk mengejar ambisi, dari pagi sampai siang dia menjaga kambing lalu dilanjutkan dengan latihan mengangkat besi sampai malam, ia tidak peduli walau anak-anak seusia dia masih bermain sedangkan hanya dia yang mengejar impiannya.

Baca juga: Sosok Nikita Fima, Freediver dan Mermaid Jakarta Aquarium Bersuara Merdu yang Cinta Dunia Bawah Laut

Setelah memenangkan kejuaraan Nasional pertamanya, Eko diundang untuk ikut pelatihan nasional, ia harus merantau dari Lampung ke Parung Panjang, Jawa Barat. Saat inilah ia yakin bahwa angkat besi yang digemarinya bisa meningkatkan kualitas hidup keluarganya, dan merupakan satu-satunya cara untuk dapat berkontribusi dan membuat bangsa Indonesia bangga.

Tentunya perjalanan ia tidaklah mudah, meski terus latihan, Eko tidak mendapatkan penghasilan yang pasti, sehingga Ibunya meminta ia untuk kembali ke Lampung untuk melanjutkan menggembala.

Namun Eko tetap mempertahankan prinsipnya, ia berkata pada ibunya bahwa berikan waktu 1 tahun maka ia akan membuktikan bahwa ia bisa mewujudkan ambisi dan cita-citanya.

Ternyata dalam kurun waktu itu ia berhasil mendapatkan medali emas di kejuaraan dunia angkat besi junior. Dan dimulai dari saat itu berbagai macam medali ia dapatkan untuk Indonesia.

Baca juga: Berawal dari Motivasi Masuk Bumper Opening, Rizky Maulana Raih Posisi Top 16 MasterChef Indonesia S5

Atlet Indonesia Pertama dengan 4 Medali Olimpiade

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyematkan lencana Jer Basuki Mawa Beya Emas dan bonus Rp 500 Juta untuk atlet angkat besi Eko Yuli Irawan usai upacara HUT Kemerdekaan RI yang ke 76, di halaman Gedung Negara Grahadi, Selasa (17/8/2021). (Tribun Jatim Network)

Pada Olimpiade Beijing 2008, Eko Yuli Irawan sukses meraih medali perunggu di kelas 56 kg. Eko kembali meraih medali perunggu ketika turun di kelas 62 kg pada Olimpiade London 2012.

Empat tahun berselang, ia yang kembali turun di kelas 62 kg sukses meraih medali perak Olimpiade Rio 2016. Eko yang turun di kelas 61 kg pada Olimpiade Tokyo 2020 kemudian berhasil meraih medali perak. Dengan raihan empat medali, Eko Yuli Irawan kini berstatus atlet Indonesia tersukses dalam sejarah Olimpiade.

Selain ajang Olimpiade, sederet prestasi telah ditorehkan Eko. Di antaranya peringkat 8 kejuaraan dunia tahun 2006 di Santo Domingo, Republik Dominika, kelas 56 kg dengan total angkatan 266 kg, Medali emas SEA Games di Thailand (2007), Medali emas kejuaraan dunia yunior di Praha, Republik Ceko, 2007; sekaligus terpilih sebagai lifter terbaik pada ajang tersebut.

Baca juga: Berkiblat ke Musik Kontemporer & Karya Original, Violinist Kezia Amelia Rilis Single Yang Kukenang

Kemudian, dua buah Medali perunggu kejuaraan dunia 2007 di Chiang Mai, Thailand, di kelas 56 kg. Selanjutnya, Medali emas PON XVII di Kaltim (2008), Medali perak, Goyang 2009, kelas 62 kg.

Tidak hanya itu, ia juga pernah meraih medali perak kejuaraan Asia di Kanazawa, Jepang, di kelas 62 kg, Medali emas Universiade, China, (2011), Medali perunggu, Paris 2011, kelas 62 kg, Medali emas SEA Games (2013), Medali emas Dunia Angkat Besi di Almaty, Kazakhstan 2014, Medali emas, Asian Games, Indonesia 2018, dan Medali emas SEA Games 2019.

Atas prestasinya di Olimpiade Tokyo 2020, Presiden Joko Widodo memberikan bonus senilai Rp 2,5 miliar untuk Eko. Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa juga memberikan penghargaan berupa tanda penghargaan tertinggi dari Pemprov Jawa Timur yaitu lencana Jer Basuki Mawa Beya untuk Eko di rangkaian upacara HUT Kemerdekaan RI ke-76, di halaman Gedung Negara Grahadi, Selasa (17/8/2021). Tak hanya itu, Pemprov Jatim juga memberikan bonus senilai Rp 500 juta atau setengah miliar untuk peraih medali perak di Olimpiade Tokyo 2020 tersebut.

Baca juga: Doyan Gambar Sejak SD, Hari Prasetyo Ciptakan Ilustrasi Jokowi: ‘Shortcut’ Karya Cepat Dikenal Orang

(TribunJatim.com/Ficca Ayu Saraswaty)

Berita Terkini