Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Erwin Wicaksono
TRIBUNJATIM.COM, MALANG - Bau khas sampah plastik tecium kuat ketika melewati salah satu permukiman di Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang. Sekelompok masyarakat di wilayah tersebut memilih mengais sepeser rupiah dengan cara bekerja sebagai pemilah sampah buangan pabrik kertas.
Salah satu warga yang menggeluti profesi pemilah yakni Sulika, wanita berusia 38 tahun asli Desa Sumberejo.
Sulika memilih jalan hidup sebagai pemilah sampah guna meneruskan profesi orang tuanya. Keluarga tersebut telah mengais rupiah dari sampah kertas sejak belasan tahun silam.
"Sampah didapat dari pabrik pengolahan kertas di sekitar sini. Sampahnya bercampur dengan plastik. Kemudian kami pilah sampah kertas yang masih layak untuk selanjutnya kami kumpulkan,"ujar Sulika saat sedang memilah sampah di depan rumahnya, Selasa (26/10/2021).
Sulika menerangkan bongkahan sampah datang ke rumahnya sebanyak 1 bak truk. Butuh waktu 3 bulan untuk mendapatkan sampah kertas yang layak dari sebongkah tumpukan sampah busuk.
Baca juga: Goda Penjaga Warung di GOR Sidoarjo, 3 Pemuda Dikeroyok, Satu Tewas dan Dua Luka
"Kalau baru datang itu baunya busuk sekali. Makanya dijemur dulu. Waktu benar-benar kering lalu kami pilah untuk temukan sampah kertas yang dicari. Lamanya bisa 3 bulan hingga akhirnya terkumpul," ujarnya.
Sampah kertas yang paling laku di pasaran adalah jenis kertas karton. Alhasil sampah kertas tersebut jadi buruan para pemilah sampah.
Sampah kertas karton berbentuk serpihan-serpihan kecil yang berada tercampur dengan sampah plastik.
"Memang lama milahnya, itupun kalau ada yang kertas. Kalau plastik ini rendah sekali harganya jadi bukan itu yang kami cari. Kami cari yang kertas," ungkap wanita dengan 1 orang anak tersebut.
Usai sampah kertas berhasil didapat, Sulika kembali menyetorkan sampah kertas-kertas tersebut kepada pabrik pengolahan kertas yang berada tak jauh dari tempatnya.
Dari transaksi tersebut, Sulika mendapat uang atas kerjanya memilah sampah. Jika truk datang 3 bulan sekali, asumsinya Sulika baru mendapat penghasilan usai memilah sampah selama 3 bulan.
"Satu truk itu dari sampah yang kamu pilah untuk dapat kertas bisa dihargai sampai Rp 1 juta. Gak tentu ya kadang Rp 1 juta, kadang pernah Rp 800 ribu. Kalau yang plastik murah sekali jadi saya kasihkan ke tetangga bila ada yang mau," sebutnya.
Terakhir, Sulika memilih tetap menjalani profesinya sebagai pemilah sampah karena tidak pilihan pekerjaan ideal lain bagi dirinya.
Daripada menjadi pengangguran, Sulika tak risih dengan pekerjaan yang berkutat dengan sampah tersebut.
"Ya bagaimana gak ada pilihan. Akhirnya neruskan jadi pemilah sampah daripada nganggur," akunya.