Berita Lamongan

Termakan Hasutan Makelar, Banyak Peternak di Lamongan Jual Murah Sapi yang Terjangkit Wabah PMK

Penulis: Hanif Manshuri
Editor: Ndaru Wijayanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejumlah sapi milik salah satu peternak di Lamongan yang terjangkit PMK saat ditinjau Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa, Minggu (8/5/2022)

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Hanif Manshuri

TRIBUNJATIOM.COM, LAMONGAN - Trend penularan wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) pada ternak sapi di Lamongan terus meningkat hingga tembus di 15 kecamatan.

Kondisi dimanfaatkan oleh para makelar atau  blantik sapi mempengaruhi para peternak agar mau menjual sapinya yang terjangkit PMK, dengan harga yang sangat murah. 

Bahkan para makelar ini sampai membuat jurus menakut-nakuti peternak bahwa sapi yang terjangkit PMK itu sulit untuk disembuhkan.

Berdasarkan data terakhir yang ada  Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Lamongan, sebaran penularan PMK telah merambah ke 15 kecamatan.

Dari 622 populasi sapi yang ada di 15 kecamatan itu, 433 di antaranya telah terjangkit PMK, lalu 86 dinyatakan sembuh, 6 mati, 4 dipotong paksa, dan 32 dijual. Sehingga yang masih sakit totalnya berjumlah 305 ternak.

Baca juga: Kasus PMK Meluas di Lamongan, Kini Mewabah hingga ke 15 Kecamatan, 433 Hewan Ternak Terjangkit

Medic Vertiner Dinas Peternakan Lamongan, drh Rahendra membenarkan adanya para spekulan sapi yang memanfaatkan kondisi sulit seperti saat ini. 

Menurut Rahendra, banyak peternak yang termakan hasutan para makelar dan menjual sapinya dengan harga yang jauh lebih murah dari pasaran.

"Ada sejumlah sapi yang masih sakit atau terjangkit PMK tapi malah justru dijual oleh peternak. Kemungkinannya para peternak ini ditakut-takuti oleh para spekulan pedagang sapi atau blantik," ujar Rahendra, kepada Surya.co.id (Tribunjatim Network) di arena Ekspo dan Kontes Hewan Kesayangan di Alun - alun, Minggu (22/5/2022).

Padahal, menurut Rahendra, sapi-sapi yang terjangkit PMK ini sebenarnya mudah disembuhkan. Ia juga menjelaskan, para peternak yang menjual sapi yang sedang terjangkit PMK ke blantik ini akan sangat beresiko dan justru malah sangat berpotensi menularkan PMK ke wilayah lain.

Baca juga: Panik Wabah PMK Kian Menyebar, Peternak di Lumajang Pilih Jual Sapi dengan Harga Murah

"Resiko akan menularkan ke tempat lainnya," tandasnya.

Padahal sudah tunjukkan bukti kalau di beberapa tempat di Kabupaten Lamongan sudah ada yang sembuh selama kurun waktu 5 sampai 14 hari. 

Hanya saja sebagian peternak kurang sabar dan ada yang terpengaruh karena  ditakut-takuti oleh pedagang sapi. Sehingga mereka menjual sapi yang sudah ada progres untuk sembuh.

Dengan kejadian ini, pihaknya akan melakukan pencegahan secara maksimal, di antaranya dengan berkordinasi dengan pihak kepolisian untuk monitoring dan pemetaan terkait lalu lintas penjualan hewan ternak agar penularan PMK tak meluas.

"Itu yang jadi permasalahan kami. Untuk itu kita kerjasama dan terus berkordinasi dengan Polsek dan Polres untuk menyekat ternak yang di kandang (karantina) dan penyekatan lalu lintas ternak," ungkapnya.

Baca juga: Cegah PMK, Peternak di Gresik Beri Ramuan Khusus untuk Sapi-sapinya: Sudah dari Mbah-mbah Dulu

Rahendra berharap, para peternak bisa turut membantu upaya pencegahan yang dilakukan. Mengingat, penularan PMK ini tergolong sangat mudah dan cepat menyebar.

Selain faktor resiko dari hewan yang sakit yang dibeli dari pasar, peralatan transportasi dan peralatan kandang bekas yang digunakan untuk hewan yang sakit juga bisa beresiko menularkan.

Faktor manusia, yang keluar masuk kandang, yakni dari kandang sapi yang sakit menuju kandang sapi sehat, tanpa melakukan kegiatan untuk membersihkan diri, biosecurity dan biosafety lemah.

Meski begitu, ia memastikan bahwa wabah PMK hanya menulari hewan ternak seperti sapi, kambing, domba dan semua yang berkuku belah. "PMK tidak menular ke manusia. Dan tingkat penularannya 90-100 % , sesama hewan.

Baca juga: Sapi Warga Lumajang Mati Akibat PMK, Peternak: Baru Kemarin Disuntik dan Didatangi Bupati

Terkait informasi adanya  4 sapi yang disembelih paksa, Rahendra memastikan bahwa itu dilakukan oleh pejagal di luar Rumah Potong Hewan( RPH). 

Ia menyebut, penyembelihan  paksa dilakukan sebelum tanggal 4 Mei ada declare wabah. Dilakukan oleh jagal di luar RPH, karena RPH tidak menerima sapi yang sakit. 

"Jika dipotong dagingnya aman, tapi jeroan, kepala, kaki dan limpoglandula harus diafkir. Ingat itu," tandasnya.

Ia menyarankan agar sapi yang terjangkit PMK tak disembelih paksa. Dan sebaiknya penyembelihan sapi dilakukan di RPH karena akan diperiksa oleh dokter hewan, yakni ante mortem dan post mortem.

"Dan disitulah  daging yang dihasilkan aman untuk dikonsumsi," pungkasnya.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Berita Terkini