Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Danendra Kusuma
TRIBUNJATIM.COM, PROBOLINGGO - Berdasar tren hampir tiap tahun, kasus DBD di Kota Probolinggo mulai merangkak naik pada Januari-Mei.
Oleh karena itu Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Kota Probolinggo, meminta warga untuk mulai mewaspadai potensi lonjakan kasus DBD di awal tahun ini.
Plt Dinkes P2KB Kota Probolinggo, dr Nurul Hasanah Hidayati mengatakan pihaknya mewaspadai kecenderungan peningkatan kasus DBD siklus lima bulanan (Januari-Mei) yang nyaris terjadi tiap tahunnya.
Pada 2022 misalnya, di rentang Januari hingga Mei, terdapat total 175 kasus dengan 4 kasus kematian akibat DBD di Kota Probolinggo.
"Pemkot Probolinggo telah menyiapkan langkah antisipasi dan pengendalian DBD," kata Ida -sapaan Plt Dinkes P2KB Kota Probolinggo, Senin (16/1/2023).
Ida menyebut langkah tersebut tertuang pada Surar Edaran (SE) Wali Kota Probolinggo, Habib Hadi Zainal Abidin Nomor 443/6756/425.102/2022 Tentang Kewaspadaan dan Pengendalian DBD, yang dikeluarkan Senin (28/11/2023).
Baca juga: Kasus DBD di Blitar Meningkat, Mayoritas Pasien Usia 5-14 Tahun, Warga Diimbau Hidup Bersih
Dalam SE itu, Habib Hadi meminta jajaran untuk mengingatkan dan mengajak masyarakat melalui kegiatan penyuluhan pemberantasan sarang nyamuk 3M Plus (Menutup, Menguras tempat-tempat penampungan air, Memanfaatkan barang bekas minimal seminggu sekali di lingkungan tempat tinggal serta Menghindari gigitan nyamuk).
Selain itu, menerapkan satu rumah satu jumantik (juru pemantau jentik).
"Kami telah menggencarkan upaya pengendalian DBD sesuai arahan Wali Kota Probolinggo," sebutnya.
Dia mengungkapkan Kecamatan Kanigaran menjadi wilayah dengan tingkat kasus DBD tertinggi pada 2022, yakni 82 kasus.
Faktor tingginya kasus DBD di Kecamatan Kanigaran dikarenakan kepadatan permukiman.
Padatnya permukiman meningkatkan risiko penularan DBD.
Baca juga: Kasus DBD Kota Malang Capai 560 Orang, Warga Diimbau Waspada saat Musim Hujan, ini Cara Pencegahan
Umumnya, nyamuk, termasuk Aedes Aegypti pembawa virus dengue penyebab DBD, mempunyai jarak jelajah atau terbang sekira 200 meter.
Sehingga satu nyamuk Aedes Aegypti berpotensi menularkan virus dengue ke beberapa orang.
"Selain cuaca tak menentu dan kurangnya upaya 3 M Plus, padatnya permukiman memicu tingginya kasus DBD. Kami berupaya menekan kasus DBD tahun ini," terangnya.
Sementara, ciri-ciri DBD tahap awal, yakni demam tinggi, sakit kepala, bola mata sakit saat digerakkan dan muncul bintik-bintik.
"Kami mengimbau jika warga mengalami gejala-gejala DBD segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan. Harus cepat ditangani. Karena kalau terlambat penanganannya bisa berbaya. Masyarakat tak boleh meremehkan DBD," pungkasnya.
Baca juga: Kasus DBD di Malang Capai 600 Orang, Dinkes Ungkap Ciri-ciri Terkena Demam Berdarah: Bintik Merah
Berita Probolinggo lainnya
Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunJatim.com