Karena itu Sri berupaya menutupi tubuh GKP, mengantisipasi jika bangku itu dipukulkan.
"Saya pikir kalau bangku itu diangkat dan dipukulkan, pasti keponakan saya mati. Makanya saya teriak, ini anak saya, mau kalian apakan," katanya.
Baca juga: Emak-emak di Tulungagung Dikeroyok Pendekar Silat Gegara Lindungi Keponakan, Korban Dirawat di RS
Namun upayanya ini justru menjadikannya sasaran pukulan dan tendangan.
Tidak terhitung tendangan dan pukulan diterimanya.
Seseorang di antara mereka berusaha melindunginya agar berhenti memukul dan menendang.
Namun masih ada yang lolos dari pengawasan, memukul dan menendang dari arah samping.
"Pokoknya mereka datang pukul, lalu pergi. Datang lagi tendang, lalu pergi," ungkap Sri.
Seseorang yang mengenakan masker dan mengenakan topi berusaha menyelamatkannya.
Namun Sri sangat lemas usai mendapat serangan bertubi-tubi.
Orang itu membantunya dan GKP berlindung ke dalam sebuah toko.
Namun pemilik toko juga ketakutan dan meminta Sri serta GKP keluar dengan alasan toko akan ditutup.
Akhirnya Sri dan GKP terkulai lemas di depan rumah orang.
Baca juga: Akhir Nasib Hakim Beristri di Tulungagung Nikahi Wanita Pemohon Cerai, Janji Palsu Hancurkan Karier
Sri meminta GKP mencopot kaus Boshter yang dikenakannya, lalu mengganti dengan kemeja miliknya.
"Khawatirnya, kalau tetap pakai kaus itu jadi sasaran kekerasan lagi. Setelah kondisi reda, warga sekitar berdatangan," tuturnya.
Keluarga sempat membawa Sri dan GKP ke Polsek Bandung, namun kondisi Polsek saat itu kosong.