Ramadan 2023

Inilah Keberagaman Tradisi Unik Sambut Ramadan di Indonesia, Pernah Dengar Arwah Jamak?

Editor: Olga Mardianita
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga berbondong-bondong menuju ke Makam Islam Dusun Sugihan, Desa Japan, Kecamatan Sooko, Mojokerto, untuk mengikuti megengan, Kamis (2/5/2019).

7. Munggahan di Jawa Barat

Tradisi munggahan diadakan di Jawa Barat. Tradisi ini biasanya dilakukan seminggu atau dua minggu sebelum Ramadhan.

Masyarakat setempat akan berkumpul bersama keluarga, saudara, dan tetangga untuk makan bersama dan bermaaf-maafan.

Selain itu, mereka juga akan memanjatkan doa untuk kelancaran ibadah puasa.

8. Arwah jamak di Demak

Arwah jamak adalah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Demak, Jawa Tengah sejak masa Sunan Kalijaga.

Arwah jamak dilakukan dengan membaca doa untuk orang tua, saudara, serta leluhur yang sudah meninggal.

Warga akan membaca doa bersama-sama menjelang puasa dan sepuluh hari terakhir pada malam ganjil Ramadhan.

Tidak hanya itu, warga yang ingin berdoa secara berjamaah biasanya memberikan sedekah uang untuk tiap satu nama arwah yang didoakan.

Uang yang terkumpul akan digunakan untuk menyantuni anak yatim piatu.

9. Dandangan, Kudus

Tradisi dandangan menandai dimulainya bulan Ramadhan di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.

Puncak seremoni ini dilakukan dengan memukul bedug Masjid Menara Kudus.

Kata dandangan berasal dari suara bedug khas Masjid Menara Kudus yang saat berbunyi nyaring terdengar suara ‘dang’.

Awalnya, dandangan hanyalah tradisi para santri yang berkumpul di depan Masjid Menara Kudus menjelang Ramadhan, menunggu pengumuman dari Sunan Kudus tentang penentuan awal puasa.

Saat ini, tradisi dandangan juga menampilkan Kirab Dandangan yang menunjukkan budaya di Kudus, seperti visualisasi Kiai Telingsing, Sunan Kudus, rumah adat Kudus, batil atau merapikan rokok, dan lain-lain.

10. Dugderan di Semarang Jawa Tengah

Tradisi Dugderan (Antara Foto/Aji Setyawan)

Dugderan dilakukan menjelang Ramadhan oleh masyarakat Semarang, Jawa Tengah.

Ribuan orang mengikuti prosesi karnaval dugderan dimulai dari halaman Balaikota pukul 13.00 WIB, melewati Jalan Pemuda menuju Masjid Kauman Semarang, dan berakhir di Jalan Kolonel Sugiyono.

Dugderan merupakan perpaduan budaya tiga etnis yang mendominasi masyarakat Semarang yaitu Jawa, China, dan Arab.

Nama dugderan berasal dari suara bedug yang ditabuh yaitu bunyi 'dug' dan 'der'.

Tabuhan bedug menjadi tanda dimulainya bulan Ramadhan. Tradisi ini juga diramaikan dengan warak ngendhog, yaitu atraksi replikasi hewan berkaki empat berkepala mirip naga.

11. Makan telur ikan, Kendal

Masyarakat Kaliwungu, Kendal memiliki tradisi unik memakan telur ikan mimi di malam sebelum berpuasa Ramadhan.

Mereka meyakini telur ikan mimi ini dahulu dimakan oleh penyebar agama Islam.

Ikan mimi bukanlah ikan tapi binatang laut yang menyerupai ikan pari.

Telur ikan mimi akan banyak dijual di alun-alun Kendal menjelang Ramadhan.

Di tempat itu, biasanya juga akan ada pasar tiban atau pasar dadakan. Selain makan telur ikan mimi, warga Kaliwungu juga memiliki tradisi tukuder yang artiya membeli makanan jelang Ramadhan.

12. Nyadran, Jawa Tengah

Nyadran (Istiemewa)

Tradisi nyadran atau sadranan dilakukan di daerah Jawa, terutama Jawa Tengah. Kata "nyadran" berasal dari bahasa Sanskerta "sraddha" yang berarti keyakinan.

Tradisi ini dilakukan dengan mendatangi makam orang tua atau saudara yang sudah meninggal, kemudian membersihkan makam sambil menaburkan bunga.

Mereka lalu bersama-sama mendoakan mendiang keluarga.

13. Padusan, Jawa Tengah dan Yogyakarta 

Tradisi Padusan (Kompas.com/Dian Ade Permana)

Padusan merupakan salah satu tradisi menyucikan diri sebelum Ramadhan yang biasanya dilakukan warga di Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Tradisi ini dilakukan untuk menyucikan diri serta membersihkan jiwa dan raga sehingga saat Ramadhan datang umat muslim dapat menjalani ibadah dalam kondisi suci lahir maupun batin.

Masyarakat Jawa Tengah dan Yogyakarta akan menjalankan tradisi ini dengan berendam atau mandi di sumber mata air secara beramai-ramai.

14. Megengan, Jawa Timur

Tradisi megengan dilakukan oleh masyarakat Provinsi Jawa Timur menjelang Ramadhan.

Megengan berasal dari kata "megeng" yang berarti menahan.

Artinya, menahan segala hal yang membatalkan ibadah puasa, yaitu lapar, haus, serta hawa napsu.

Tradisi ini dilakukan dengan kenduri atau selamatan di masjid atau mushola. Setiap warga membawa makanan untuk saling berbagi.

Salah satu makanan yang wajib ada dalam tradisi megengan adalah kue apem.

Nama apem berasal dari kata bahasa Arab yakni afwan yang berarti maaf atau ampunan.

Kue ini menjadi simbol permohonan dan ampun kepada Allah SWT.

15. Mohibadaa di Gorontalo

Masyarakat Gorontalo memiliki tradisi Mohibadaa setiap menjelang bulan Ramadhan.

Tradisi ini dilakukan dengan membalurkan ramuan rempah-rempah tradisional sebagai masker wajah.

Tradisi ini sesungguhnya tidak hanya berlangsung sebelum Ramadhan. Namun, momen menyambut bulan suci menjadikannya lebih istimewa.

Ramuan rempah-remah yang digunakan untuk masker wajah terdiri dari campuran tepung beras, humopoto (kencur), bungale (bangle), dan alawahu (kunyit).

Tepung beras kadang diganti menjadi beras ketan agar hasil ramuannya halus.

Warga setempat percaya Mohibadaa dilakukan untuk menjaga kondisi kulit.

Usaha ini dilakukan karena biasanya kulit terasa kering saat puasa ditambah lagi cuaca Gorontalo sangat panas.

Untuk lebih mudah digunakan, paket rempah tradisional untuk membuat masker ini dijual di pasar tradisional sehingga tidak perlu meracik sendiri. 

----

Artikel ini telah ditayangkan di Kompas.com

Berita Jatim dan berita Ramadan 2023 lainnya.

Berita Terkini