TRIBUNJATIM.COM - Di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan umumnya umat Islam berbondong-bondong melaksanakan Itikaf di masjid.
Meski ibadah yang satu ini tidak hanya dapat dilakukan saat Ramadhan namun Itikaf telah identik dengan Ramadan dan lailatul qadr.
Sebenarnya apa arti kata itikaf?
Itikaf sendiri merupakan ibadah sunnah.
Terdapat hadis yang meriwayatkan bahwa Rasulullah berkata bahwa itikaf di sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan bagaikan beritikaf dengan Beliau.
مَنِ اعْتَكَفَ مَعِي فَلْيَعْتَكِفَ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ
“Siapa yang ingin beri’tikaf bersamaku, maka beri’tikaflah pada sepuluh malam terakhir.” (HR Ibnu Hibban).
Itikaf sunnah dilakukan setiap waktu, tetapi yang paling utama (afdhal) jika dilakukan dalam bulan Ramadan.
Arti kata itikaf ialah berhenti (diam) di dalam masjid dengan syarat-syarat tertentu, semata-mata niat beribadah kepada Allah.
Itikaf pada bulan Ramadan bisa dikatakan sebagai ruang perawatan khusus untuk menghilangkan kanker dosa dari dalam hati.
Itikaf merupakan lingkungan khusus yang jauh dari noda dan kotoran dunia.
Konon Rasulullah selalu melakukan itikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan.
Kemudian pada tahun di mana beliau meninggal dunia, beliau beritikaf selama dua puluh hari.
Ketika beliau tidak bisa itikaf, beliau kemudian menggantinya dengan i’tikaf sepuluh hari pertama di bulan Syawal.
Tindakan Rasulullah itu merupakan bukti pentingnya ibadah itikaf.
Kesungguhan Rasulullah untuk mengerjakan ibadah yang satu ini juga bisa menjadi motivasi untukmu melakukan hal yang sama.
Syarat dan Rukun I’tikaf