Laporan Wartawan TribunJatim.com, Luhur Pambudi
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA- Jumlah angka kecelakaan selama kurun delapan hari Operasi Ketupat Semeru 2023 atau momen Lebaran Idulfitri 1444 Hijriah mengalami peningkatan sejumlah 626 kejadian.
Jumlah tersebut meningkat 10,5 persen atau selisih 66 kejadian, dibanding catatan tahun lalu pada periode waktu yang sama, yakni sejumlah 560 kejadian.
Namun, mengenai fatalitas kecelakaan hingga terdapat korban meninggal dunia. Tercatat, mengalami penurunan 30 persen. Karena, tahun 2023 hanya tercatat 30 korban. Sedangkan tahun 2022 lalu, tercatat 42 korban.
"Bukan berarti mengecilkan artinya nyawa. Kita ini perbandingan data laka. Ini jadi persoalan," ujar Direktur Ditlantas Polda Jatim Kombes Pol M Taslim Chairuddin, saat ditemui di ruangnya, Mapolda Jatim, Rabu (26/4/2023).
Yang menarik angka kecelakaan, Taslim menyebut, jumlah kecelakaan paling tinggi, ada di hari kedua pelaksaan operasi.
Dari 29 kejadian pada Selasa (18/4/2023), menjadi 78 kejadian pada Rabu (19/4/2023). Artinya meningkat sebesar 169 persen. Sisanya masih dalam belasan persen.
Baca juga: Arus Balik Lebaran 2023, Terminal Seloaji Ponorogo Mulai Dipadati Penumpang
"Paling tinggi di kenaikan persentase. Ini saya khawatirkan, ini adalah mobilisasi massa pertama yang paling tinggi," ungkapnya.
Kemudian, yang anehnya lagi. Taslim mengungkapkan, jumlah kecelakaan paling tinggi lagi juga terjadi pada Jumat (21/4/2023), dengan 102 kejadian.
Padahal tanggal itu, adalah jumat lebarannya, masyarakat atau warga Muhammadiyah. Dan, dia juga memperkirakan jumlah kejadian tersebut merupakan imbas dari pergerakan masyarakat yang mudik sebelum dalam rangka mempersiapkan lebaran pada Sabtu (22/4/2023).
Kemudian, ditambah lagi, pada Senin (24/4/2023), mobilisasi masyarakat kendaraan sampai angka 30.000-an tadi. Justru kecelakaannya dibawah, 80 kejadian.
Artinya, Taslim menduga, kemungkinan besar kecelakaan ini, bukan menyasar kepada pemudik, tapi menyasar masyarakat sendiri yang beraktivitas, di ruas-ruas jalan yang bukan arus mudik.
"Kemungkinan, besar juga, kita konsentrasi dalam rangka pengamanan mudik untuk jalan jalan tertentu arus mudik, sehingga jalan-jalan yang lain mungkin sedikit terabaikan, sehingga pengawasan terhadap masyarakat beraktivitas di jalanan berkurang. Kira-kira begitu," katanya.
Kemudian, mengenai wilayah kabupaten dan kota yang terjadi jumlah kecelakaan terbanyak. Taslim menerangkan, wilayah hukum Polresta Sidoarjo, menduduki peringkat pertama, dengan jumlah 41 kejadian. Namun, dari puluhan jumlah kejadian tersebut, tidak ada korban meninggal dunia.
"Tapi angka yang tewas nol, atau tidak ada. Kemungkinan karena kendaraan beraktivitas banyak. Senggolan-senggolan kecil, bukan kecepatan tinggi," jelasnya.