Hal ini bertentangan dengan klaim Pendeta Mackenzie yang mengaku telah mengakhiri kegiatan khotbahnya di tahun sebelumnya.
Baca juga: Kematian Tragis Anak yang Bunuh Ibu saat Tadarus, Semasa Hidup Disebut Sesat, Ngamuk Kitab Dibakar
"Anak-anak menangis karena lapar, biarkan mereka mati"
Para mantan anggota gereja mengeklaim mereka dipaksa berpuasa sebagai bagian dari kepatuhan.
Dalam puluhan video yang BBC saksikan, tidak ada bukti bahwa Pendeta Mackenzie secara langsung memerintahkan jemaatnya untuk berpuasa.
Akan tetapi, ada banyak perkataan kepada para pengikutnya untuk mengorbankan apa yang mereka sayangi, termasuk nyawa mereka.
"Ada orang-orang yang bahkan tidak mau berkhotbah (tentang) Yesus. Mereka mengatakan anak-anak mereka menangis karena lapar, biarkan mereka mati. Apakah ada masalah di sana?"
Dalam wawancara dengan harian Kenya, Nation, beberapa pekan lalu, Pendeta Makenzie membantah dirinya memaksa para pengikutnya untuk berpuasa.
"Apakah mungkin ada rumah atau kandang atau pagar, yang ditemukan di suatu tempat (di lahan pertanian), tempat orang-orang kemungkinan dikurung?" kata dia menjawab pertanyaan reporter tentang hal ini.
"Pendidikan itu jahat"
Tema lain dari khotbah Pendeta Mackenzie adalah pendidikan.
Menurutnya, pendidikan formal adalah ajaran setan dan digunakan untuk memeras uang.
"Mereka tahu pendidikan itu jahat. Tapi mereka menggunakannya untuk keuntungan mereka sendiri," katanya dalam satu khotbah.
"Mereka yang menjual seragam, menulis buku... mereka yang membuat pulpen... segala macam sampah. Mereka menggunakan uang Anda untuk memperkaya diri sendiri, sementara Anda menjadi miskin."
Pada 2017 dan juga 2018, dia ditangkap karena mendorong anak-anak untuk tidak bersekolah.
Dia mengeklaim pendidikan "tidak diakui dalam Alkitab".