Menyadari bahwa diri mereka menjadi sasaran amukan massa gangster tersebut.
MRF bergegas kabur bersama Antoni, mengendarai motor Honda Beat.
Motor yang diparkir di belakang pos penjaga pintu gerbang gang tersebut, milik Antoni yang biasa dipakai untuk bekerja sebagai kurir di pabrik roti.
Dasar motor pabrikan lawas. Belum juga berhasil menggeber kencang-kencang gasnya, mesin motor itu, malah mati mendadak.
Tak pelak Antoni yang duduk di bagian boncengan tersebut, terkena sabetan celurit panjang sekitar 3-5 meter, yang diayunkan oleh beberapa massa gangster tersebut.
Kaget melihat temannya terkena sabetan celurit. MRF sontak turun dari motor, dan memilih melanjutkan upayanya kabur dengan berlari.
Begitu juga dengan Antoni, bungsu dari dua bersaudara itu, malah lebih dulu berlarian meninggalkan MRF.
Saking takutnya, dan tak tahu harus ke mana lagi. Antoni yang saat itu bersimbah darah akibat lukanya itu, memilih kabur menuju area pemakaman umum Kelurahan Kebraon.
Justru MRF yang apes. Upaya pelariannya yang terbilang mati langkah atau terlambat itu, malah membuatnya disergap oleh kerumunan massa gangster tersebut.
"Gak ada bilang apa-apa soal motif mereka. Mereka cuma bilang; hayo hayo hayo ojo melayu ojo melayu. Gak ada aba-aba. Ya ada juga yang mabuk," ungkapnya.
Selama dikeroyok secara membabi buta itu, MRF mengaku sempat beberapa kali, menangkis, sabetan tongkat dan celurit menggunakan tangan kirinya.
Ia menduga kuat gerombolan gangster tersebut hendak bertempur atau tawuran dengan kelompok gangster lain.
Namun, saat melintas di kawasan Jalan Raya Kebraon Gang V, gerombolan gangster tersebut secara liar menyerang dirinya dan Antoni hingga berdarah-darah.
"Saya sempat menangkis celurit. Kami dikeroyok digerumbuli full depan kami. Pokoknya mereka datang langsung menyerang."
"Sepertinya mereka enggak ketemu musuh, dan akhirnya golek-golek musuh," terangnya.