Namun, kata-kata yang disajikan justru kerap sulit dimengerti.
2. Ketergantungan pada Percakapan
Saat seseorang bertanya kepada Chat GPT tentang hal tertentu dan tahu akan mendapat jawaban mutlak sebagai balasannya, mereka sebenarnya bisa “menyesatkan” Chat GPT dengan memberi pernyataan yang berlawanan.
Kemudian, ketika orang itu menanyakan hal yang sama, Chat GPT akan menjawab sesuai apa yang mereka nyatakan sebelumnya.
3. Bukan "Jawaban" Profesional
Chat GPT mungkin memberi jawaban yang sangat mendasar sehingga mudah dipahami oleh awam. Namun di mata seorang ahli terkait pertanyaan yang diajukan, mereka akan melihat banyak “hal” yang hilang.
Jawaban Chat GPT tidak bisa dibandingkan dengan kemampuan manusia profesional.
Misal, ketika seorang awam meminta Chat GPT untuk menulis kode dari sebuah program, jawaban yang diberikan tentu akan sangat menakjubkan di mata mereka. Akan tetapi, di mata seorang programmer, kode-kode yang Chat GPT tulis bisa jadi bukan apa-apa.
4. Menulis Berdasarkan Tren
Rasanya terlalu berlebihan ketika para peneliti berkata bahwa Chat GPT akan menggantikan pekerjaan menulis di masa depan atau merevolusi hal-hal semacamnya.
Nyatanya, Chat GPT cenderung memberi respons berupa sesuatu yang banyak orang sukai atau berdasarkan tren pada jangka waktu tertentu.
Sama seperti media sosial, banyak hal hanya didasarkan pada popularitas terlepas dari benar dan salahnya.
Chat GPT mungkin menjadi alat yang tepat untuk memulai suatu ide dari kumpulan teks yang diberikan.
Namun, perlu diingat bahwa respons tersebut adalah salinan dari teks-teks lain yang ada di internet.
5. Menyalin Teks dari Sumber Lain