Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Febrianto Ramadani
TRIBUNJATIM.COM - Memasuki tahun ajaran baru ternyata para siswa SDN di Madiun justru mengalami ketakutan.
Siswa SDN di Madiun itu kerap mengalami was-was saat melakukan proses belajar mengajar.
Para siswa harus terus waspada lantaran bagian bangunan sekolah mereka yang kondisinya menyedihkan.
Atap ruang kelas SDN di Madiun lapuk dan nyaris terjatuh.
Selain atap, ada lagi dinding jebol yang dialami ruang perpustakaan mereka.
Kondisi dua bangunan di SDN 2 Duren dan SDN 3 Duren, Kecamatan Pilangkenceng, Kabupaten Madiun, menyedihkan.
Bangunan SDN di Madiun mengalami rusak parah, dikhawatirkan dapat mengancam keselamatan para siswa.
Para siswa setempat selalu merasa ketakutan karena bagian bangunan sekolah mereka yang tampak seperti mau roboh.
Ruang perpustakaan SDN 3 Duren, tampak rusak parah di bagian atap.
Bahkan pihak sekolah terpaksa mengganjal atap dengan tiang bambu, karena kondisinya telah lapuk pada bagian kuda kuda penyangga.
Baca juga: Kondisi Miris SD Negeri di Tuban, Tak Dapat Siswa saat Ajaran Baru, Kelas 1 dan 4 Tidak Ada Murid
Kepala Sekolah SDN 3 Duren Mulyono mengaku, terpaksa memindahkan banyak buku bacaan siswa ke ruang kelas.
Sehingga ruang kelas murid dialihkan jadi ruang perpustakaan.
"Kalau dibiarkan bisa tambah rusak. Kami dari pihak sekolah telah mengajukan perbaikan ke Dinas Pendidikan. Kondisi rusak sudah lama," ujarnya, Kamis (20/7/2023).
Namun, lanjut dia, sampai sekarang upaya perbaikan bangunan belum juga terwujud.
Baca juga: Miris, Gedung SD di Kabupaten Malang Terancam Ambruk, Atap Kelas Diganjal Penyangga Agar Tak Roboh
Dirinya hanya berharap semoga ada perbaikan secepatnya.
Baca juga: SD Negeri di Ponorogo Hanya Dapat 1 Siswa Baru, Kepala Sekolah SDN Setono: Kami Dikepung
Nasib sama juga dialami Ruang Perpustakaan SDN 2 Duren.
Sisi kanan kiri bangunan terlihat sudah jebol.
Ruang tersebut sering dijadikan sumber literasi oleh para siswa.
Kepala Sekolah SDN 2 Duren Sukarmun, mengatakan, saat ini bangunan tersebut telah beralih fungsi menjadi gudang.
Pihak sekolah sudah mengajukan proposal renovasi bangunan kepada Dinas Pendidikan.
"Sudah kami ajukan sejak 3 tahun lalu. Namun sampai kini realisasi renovasi belum dilakukan. Bangunan ini sejak 2010," tandas Sukarmun
Baca juga: Murid SD Nantang sampai Bentak & Tendang Pintu Kelas, Guru Malah yang Minta Maaf & Klarifikasi
Memasuki tahun ajaran baru dengan sistem zonasi ini ternyata mengancam beberapa sekolah yang sifatnya kerap kali kekurangan murid.
Misalnya saja sekolah yang terdapat di SD di Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta.
Hanya ada 1 murid yang akhirnya masuk sebuah Sekolah Dasar Kristen atau SD Swasta yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Sekolah Dasar Kristen (SD) Widodo mendapat hanya satu siswa pada tahun ajaran 2023-2024 di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
SD Widodo berada di lereng Perbukitan Menoreh pada Pedukuhan Plampang II, Kalurahan Kalirejo, Kapanewon Kokap.
Murid baru itu warga dusun setempat.
Cerita kondisi Sekolah Dasar Kristen Widodo itu akhirnya menjadi perhatian.
"Tahun ini hanya satu. Siswa baru tersebut tinggal di depan sekolah," kata Kepala SD Kristen Widodo, Agus Edy Purwanto, pada Senin (17/7/2023), seperti dikutip Tribun Jatim dari Kompas.com
Situasi minim peminat sebenarnya sudah terjadi sejak lama.
Pada tahun ajaran baru lalu, hanya dua siswa yang masuk.
Suatu masa, pernah sekolah sempat tidak kebagian murid sama sekali.
Namun, dengan tambahan satu siswa di tahun ini, SD Widodo masih punya pelajar meski total tujuh siswa.
Baca juga: Nasib Miris SD di Ponorogo, Tak Ada Siswa Baru di Hari Pertama Sekolah, Guru sampai Urunan Bayar LKS
"Meluluskan empat siswa, lalu masuk satu murid baru di tahun ajaran ini," kata Agus.
SD Widodo berdiri mulai 1967.
Sekolah di tempat terpencil sangat diminati kala itu karena daya jangkau minim pemerintah hingga daerah pelosok.
Sekolah pernah mencatat total 250 siswa setiap tahun di 1980-1990.
Jumlah tersebut terbanyak di antara sekolah yang berkembang di kala itu.
Perjalanan waktu, siswa mendaftar semakin sedikit.
Salah satunya karena bermunculan sejumlah sekolah di kanan kiri, seperti MI di Sangon, MI di Plampang III, dan satu SD Negeri Gunung Agung.
Lokasi antar-sekolah berdekatan.
Sementara itu, ajakan sekolah gratis belum berhasil menarik minat.
Peminat sekolah malah semakin menyusut.
Baca juga: Hari Pertama Masuk Sekolah, Guru di Bangkalan Kenalkan Pakaian Adat Madura ke Siswa Baru SD
"Seragam, kelengkapan sekolah, tas sepatu gratis," kata Agus, di ujung telepon.
Kelengkapan murid itu sumbangan berbagai donatur.
Bahkan, kata Agus, dirinya rela merogoh kantong untuk makan pagi siswa sebelum mengikuti ujian.
Hal seperti itu, ternyata belum cukup membuat orang berniat menyekolahkan anaknya ke SD Widodo tersebut.
Ditambah pula pola pikir masyarakat yang terpolarisasi soal sekolah berbasis agama, membuat minat warga ke SD Widodo semakin sedikit.
"Bila isu di masyarakat terkait SARA hilang, maka mungkin sekolah kita bisa ada murid lagi," kata Agus.
Baca juga: Jarak Rumah Mendadak Berubah, Orang Tua Curiga PPDB Zonasi Ada Kecurangan, Sekolah: Tidak Tahu
Selain di Plampang II, minim murid baru juga dialami SD Negeri Wijimulyo Lor (Wijilor) di Kapanewon Nanggulan.
Kepala Sekolah SD Wijimulyo Lor, Theresia Sriyati mengungkapkan, sekolahnya mendapat empat siswa di musim Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2023.
Penerimaan siswa baru berdasar zonasi.
SD Wijilor ini berada di antara dua dusun Temanggal dan Krinjing.
Karena sistem zonasi, mereka hanya bisa menerima empat pelajar dari kedua dusun itu.
"Hanya empat tahun ini," kata Sriyati.
Menurut Sriyati, fenomena sekolah kurang murid dialami banyak sekolah.
Di wilayah Wijimulyo saja banyak yang bernasib serupa.
"Wilayah zonasi kami untuk (melayani di) dusun Temanggal dan sedikit di Krinjing. (Fenomena kurang murid karena) sekolahan itu dekat satu sama lain, tidak sampai satu kilometer," kata Sriyati.
Dengan ketambahan empat siswa, SD Wijilor memiliki 35 siswa dari 200 lebih kursi yang disediakan.
Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Kulon Progo mencatat ada banyak sekolah kurang murid, baik sekolah negeri maupun swasta.
Sekolah disebut minim peserta didik bila jumlahnya di bawah 10 siswa baru di tahun ini.
Terdapat 337 sekolah dasar di Kulon Progo.
Baca juga: Anak Tak Diterima PPDB Zonasi, Orang Tua Nekat Ukur Jarak dari Rumah ke Sekolah Pakai Meteran: Kacau
"Sebanyak 50 (dari 337) SD, mengalami minim peserta didik pada tahun ajaran 2023 – 2024 ini," kata Kepala Dikpora, Arif Prastowo via pesan.
Sebagian besar sekolah terletak di daerah perbukitan, seperti Kapanewon Samigaluh, Kalibawang, Girimulyo dan Kokap.
Arif mengungkapkan, Dikpora Kulon Progo mengevaluasi situasi yang dialami semua sekolah ini.
Terutama terkait penyebab minimnya pendaftar di sekolah tersebut dan jalan keluarnya.
"Kebijakan dari evaluasi ini akan diambil nantinya sambil tetap memperhatikan kesediaan aksesibilitas layanan pendidikan di wilayah-wilayah pelosok kabupaten Kulon Progo,” kata Arif.
Berita viral lainnya
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com