Berita Tulungagung

Berapa Asumsi Keuntungan SMA/SMK Negeri di Tulungagung dari Jualan Kain Seragam yang Super Mahal?

Penulis: David Yohanes
Editor: Dwi Prastika
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seragam siswi baru SMAN 1 Kedungwaru Tulungagung yang selesai dikerjakan penjahit, Sabtu (22/7/2023).

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, David Yohanes

TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Mahalnya harga kain seragam dan atribut siswa baru SMA/SMK negeri di Tulungagung, Jawa Timur, yang dikeluhkan orang tua siswa, viral di media sosial dan menjadi perbincangan banyak pihak.

Sejumlah data yang dihimpun Tribun Jatim Network menyebut, harga kain seragam di tiap sekolah berbeda-beda.

Data yang masuk sementara, SMAN 1 Kedungwaru harga paket kain seragam dan atribut bisa mencapai Rp 2.360.000.

Di SMKN 1 Tulungagung, harga paket kain seragam ini mencapai Rp 2.700.000.

Di SMAN 1 Boyolangu, harga paket kain seragam bisa tembus Rp 3.000.000.

Di SMKN 1 Boyolangu, harga paket kain seragam sebesar Rp 2.400.000.

Di SMAN 1 Kauman, harga paket kain seragam sebesar Rp 1.600.000.

SMAN 1 Karangrejo juga mematok harga Rp 1.600.000.

Di SMKN 2 Boyolangu, paket seragam seharga Rp 2.295.000 tanpa rincian.

Di SMKN 1 Tulungagung ada yang menebus seragam hingga Rp 1.600.000.

Baca juga: Pengakuan Guru di Tulungagung, Sebut Jualan Kain Seragam Mahal Jadi Bisnis Dinas Pendidikan

Di SMAN 1 Pakel, harga paket kain seragam ini ada yang menebus di harga Rp 2.045.000.

Di SMKN 3 Boyolangu ada yang membeli paket seragam Rp 1.100.000.

Menurut orang tua yang memberi informasi, tidak semua paket kain seragam dibeli.

Sekolah mengizinkan jenis seragam tertentu dibeli di luar sekolah.

Tribun Jatim Network sempat mencari contoh kain yang sama ke sejumlah penjual kain.

Namun tidak ada yang tahu pasti jenis kain yang dijual lewat sekolah-sekolah ini.

Salah satu merek yang mendekati kain itu adalah Toyobo.

Baca juga: Telusuri Perkara Seragam SMA/SMK di Tulungagung, Kadindik Jatim: Tak Ada Drop dari Dinas Pendidikan

Namun setelah dicocokkan, kualitas kain dari sekolah masih di bawah Toyobo.

“Kainnya sedikit lebih tipis dari Toyobo. Toyobo juga lebih dingin,” ucap Mbah, nama panggilan seorang pemilik usaha konveksi yang dimintai tolong Tribun Jatim Network mengidentifikasi jenis kain, Sabtu (22/7/2023).

Berpatokan pada harga kain Toyobo, Mbah menaksir harga kain dari sekolah tidak lebih dari  Rp 20.000 per meter.

Untuk satu baju atasan diperlukan kain sepanjang 1,5 meter, sehingga ketemu harga Rp 30.000.

Dalam paket seragam ada 4 setel, yaitu putih abu-abu, pramuka, seragam khas dan batik, hingga totalnya Rp 120.000.

Sedangkan untuk bawahan, Mbah memperkirakan harganya Rp 38.000 per meter, untuk jenis kain Nagata.

“Kain bawahan lebih tebal, jadi harganya agak lebih mahal,” katanya.

Baca juga: Heboh Harga Seragam di SMAN 1 Kedungwaru Tulungagung Rp 2,3 Juta, Pihak Sekolah Buka Suara: Provinsi

Untuk seragam bawahan perempuan diperlukan kain kurang lebih sepanjang 2 meter.

Kebutuhan kain untuk celana panjang laki-laki lebih sedikit.

Dengan asumsi semua siswa memerlukan kain bawahan 2 meter, maka sehingga ketemu harga Rp 57.000 atau Rp 228.000 untuk empat jenis seragam.

Sehingga total untuk 4 setel seragam utama diperlukan kain seharga Rp 348.000.

Mengacu pada daftar harga seragam dari SMAN 1 Kedungwaru, harga kain empat jenis seragam ini sebesar Rp 1.499.000.

Rinciannya putih abu-abu Rp 359.400, pramuka Rp 315.850, batik Rp 383.200 dan seragam khas Rp 440.550.

Sehingga dari empat jenis seragam ini, sekolah mendapat untung Rp 1.151.000 per anak.

Data pagu sekolah favorit seperti SMAN 1 Kedungwaru, SMAN 1 Boyolangu dan SMAN 1 Kauman, jumlah siswa baru sebanyak 432.

Baca juga: Ternyata Seluruh SMA/SMK Negeri di Tulungagung Jual Seragam Mahal, Mengaku Perintah dari Provinsi

Dengan asumsi hanya 50 persen siswa yang melakukan pembelian total, maka ada keuntungan Rp 248 juta lebih.

Kain jas almamater yang dibanderol Rp 185.000, diperkirakan harga aslinya Rp 125.000, itu pun sudah dalam bentuk jadi.

Dengan mengabaikan ongkos jahit, maka ada keuntungan harga Rp 60.000 per anak.

Jas almamater ini hampir 100 persen beli, karena hanya sedikit yang menggunakan jas lama milik kakaknya.

Dengan asumsi pembelian mencapai 80 persen, maka di satu sekolah bisa mendapatkan keuntungan Rp 20 juta lebih dari jas almamater.

Keuntungan ini belum terhitung dari atribut, ikat pinggang, dan jilbab untuk siswi Muslimah yang berjilbab.

Sedangkan harga Rp 130.000 untuk kaus olahraga dinilai sudah standar.

Di Tulungagung ada 11 SMA negeri dan 8 SMK negeri, sehingga diperkirakan keuntungan dari jualan kain seragam ini mencapai ratusan juta rupiah hingga lebih dari Rp 1 miliar.

Sementara itu, untuk menelusuri soal mahalnya harga kain seragam dan atribut SMA/SMK negeri di Kabupaten Tulungagung, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, Aries Agung Paewai saat ini tengah menerjunkan tim.

Terutama karena ada pernyataan dari salah satu pihak sekolah yang menyatakan, kain seragam tersebut didrop atau dikirim langsung dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur.

Bahkan ada pernyataan bahwa sekolah tidak berani menolak, karena pengadaan kain seragam merupakan kebijakan Dinas Pendidikan provinsi.

“Saya menjamin tidak ada drop-dropan dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Dan tidak ada perintah dari saya terkait hal ini,” tegas Aries Agung Paewai saat dikonfirmasi oleh Tribun Jatim Network, Sabtu (22/7/2023). 

“Saya sekarang sedang minta untuk dicek langsung semua kabid yang menangani untuk terjun ke Tulungagung terkait pernyataan drop-dropan dari Dinas Pendidikan provinsi,” tegas Aries Agung Paewai.

Sebab sebagaimana diketahui, Aries Agung Paewai baru sebulan dilantik sebagai Kepala Dinas Pendidikan Jatim.

Sebelumnya, Aries Agung Paewai menjabat sebagai Kepala BPSDM Jatim dan sampai saat ini juga merangkap Pj Wali Kota Batu.

“Tidak pernah ada arahan dari Dinas Pendidikan provinsi untuk mengkoordinir dan mengirim kain ke sekolah-sekolah,” imbuh Aries Agung Paewai.

Lebih lanjut pria berkacamata ini menegaskan, dari awal sudah ditekankan olehnya bahwa sekolah tidak boleh menjual seragam.

Sekolah juga tidak boleh memaksakan agar siswa membeli seragam baru, terutama jika siswa memang tidak mampu. Siswa dibolehkan untuk memakai seragam lama yang masih layak pakai.

Berita Terkini