Tanpa beralaskan tikar, hanya berteduh di bawah pohon, menduduki sekolah.
Maklum, dia baru saja membeli buku yang dirasa memberatkan.
Namun, tidak ada kejelasan, hingga rinciannya.
"Kami butuh kejelasan, uangnya untuk apa saja, wali kelas tidak bisa menjawab akhirnya kami kesini," ujarnya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, demo wali murid ini dipicu kebijakan sekolah yang mewajibkan siswa membeli buku paket.
Besarannya berbeda-beda setiap kelas.
Kelas 1 sebesar Rp 563 ribu, kelas 2 Rp 606 ribu, kelas 3 Rp 500 ribu, kelas 4 Rp 812 ribu, kelas 5 Rp 843 ribu dan kelas 6 Rp 583 ribu.
Kurang lebih selama empat jam, wali murid menduduki halaman sekolah meminta kejelasan.
Mereka rela menunggu berjam-jam karena ada perwakilan yang sedang mediasi di dalam ruangan kelas bersama kepala sekolah, komite dan lainnya.
Salah satu ibu wali murid yang enggan disebutkan namanya, mengaku sangat keberatan dengan kebijakan tersebut.
Terlebih lagi, dia memiliki dua orang anak.
Membayar buku yang harganya mahal, membuatnya keberatan dan meminta kejelasan pihak sekolah.
"Bayar Rp 500 ribu, sangat memberatkan karena wajib. Sekarang ada buku tulis Rp 6 ribu harus beli 10. Belum lagi LKS," ujarnya .
Dia terpaksa membayar karena kasihan anaknya jika tidak memiliki buku.
Dulu, wali murid bebas membeli buku di luar sekolah.