TRIBUNJATIM.COM - Seorang mahasiswi buka jasa cuci piring gratis tengah viral di media sosial.
Diketahui mahasiswi viral tersebut merupakan mahasiswi Universitas Diponegoro (Undip).
Olivia (bukan nama asli) membuka jasa cuci piring untuk meredakan stres.
Jasa itu, ia buka di masa studi akhirnya.
"Ada yang piring di kosanya mau dicuciin? Aku gabut. Gausah bayar," tulisnya via akun @undipmenfess, Minggu (13/8/2023).
Tercatat, sudah ada 4 orang yang meminta untuk dicucikan piringnya sejak unggahan itu ditulis.
Baca juga: Ya Allah, Ya Allah, Teriakan Mahasiswa Tuban yang Mendapat Perlakuan Kekerasan, Demo Ricuh
Dia tidak menyangka tawarannya di media sosial X (dulunya Twitter) itu diminati warganet.
Alasan mahasiswi buka jasa cuci piring gratis pun terkuak.
Dilansir dari Kompas.com, Kamis (17/8/2023), penawaran jasa cuci piring yang dilakukan Olivia bukan semata-mata untuk menghilangkan gabut.
Dia mengatakan kegiatan cuci piring bisa meredakan stres dan gelisah yang dialaminya.
"Pas cuci piring rasanya tenang saja gitu pikiran," kata dia.
Bahkan, dia mengatakan kegiatan mencuci piring bisa menenangkan pikirannya yang kalut.
Baca juga: Kisah Mahasiswa KKN Pamit Pulang Diantar Warga dari 2 Desa ke Pelabuhan, Nangis Terharu: Sayang Kami
"Bisa lebih tenang dan bisa ambil keputusan. Karena kalau pas gelisah ambil keputusan, saya takut kecewa maupun menyakiti pihak lain," kata Olivia.
Sudah kurang lebih dua tahun, Olivia menemukan ketenangan saat mencuci piring.
Kini, setiap harinya Olivia bisa mencuci piring beberapa kali.
"Kalau di kos ada piring tergeletak pas saya mau cuci piring saya cuci sekalian gitu," terangnya.
Baca juga: Hobi Nyeleneh Mahasiswa Rawat Biji Mangga Bak Hewan Piaraan, Redakan Stres, Cara Urus Tak Main-main
Didiagnosis depresi mayor
Mulanya, Olivia tidak menyangka bahwa kegiatan cuci piring memberikan efek yang luar biasa pada dirinya.
Ia bercerita, dulu waktu kecil, ia sangat suka bermain air.
"Kalau kena air bisa rileks. Karena saya tidak begitu pandai berenang, akhirnya saya suka cuci piring. Karena bisa kena air banyak dan lama tapi tidak masuk angin," jelasnya.
Namun, pada 2020 ia merasakan gejala yang tidak biasa pada dirinya.
Hingga pada 2021, Olivia memeriksakan diri ke dokter ahli kejiwaan.
Hasil pemeriksaan menunjukkan ia menderita depresi mayor dan borderline personality disorder.
Baca juga: Sosok Mahasiswa ITS Surabaya Peraih Nilai SNBT UTBK 2023 Tertinggi se-Indonesia, Ungkap 3 Rahasianya
"Saya didiagnosis depresi mayor dan borderline personality disorder oleh dokter kejiwaan. Setelah itu saya mencoba mengenali diri saya sendiri lebih dalam lagi supaya saya tahu harus apa ketika burnout (stres)," cerita dia.
Tak mudah baginya menemukan kegiatan yang bisa mengatasi stres yang dialaminya.
Olivia mengaku, beberapa kali pernah menyakiti dirinya ketika kondisinya memburuk.
Hingga akhirnya, Olivia menyadari bahwa kegiatan cuci piring bisa menenangkan dan meredakan stresnya.
"Awalnya saya sering nonton video Tiktok Auri Katarina terus nonton Youtube-nya juga. Dari situ saya merasa kalau bersih-bersih bikin mood saya jadi baik," ungkapnya.
"Dan karena di video beliau seringnya bersih-bersih dari dapur dulu, saya ikut-ikutan. Saya rutin cuci piring dulu kalau bersih-bersih. Lama-lama saya merasa tenang ketika cuci piring itu," jelas dia.
Bentuk coping mechanism
Dosen psikologi Universitas Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta Ratna Yunita Setiyani Subardjo mengatakan bahwa kegiatan yang dilakukan Olivia merupakan salah satu bentuk coping mechanism.
"Copy mekanisme itu seperti sebuah tips atau cara yang digunakan seseorang ketika dia mengalami stres," jelasnya saat dikonfirmasi Kompas.com, Rabu.
Coping mechanism dimaksudkan untuk meredakan stres sehingga stres yang ada tidak berlangsung lama.
Secara teori, bentuk coping mechanism ada dua, yakni aktif dan pasif.
"Kalau bentuk pasif itu berarti di mana orang ketika berhadapan dengan stres dia akan menghindar. Sedangkan coping mechanism aktif adalah sesuatu yang kita lakukan untuk bisa menurunkan stres atau menghilangkan stres dengan berbagai cara," terangnya.
Menurut Ratna, coping mechanism yang dilakukan seseorang tergantung dari pengalaman orang itu sendiri.
"Pengalaman itu dalam artian apakah dia melihat orang lain atau dia pernah melakukan itu dan dia merasa bahwa itu membantu dia untuk menurunkan stresnya," tandasnya.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews Tribunjatim.com