Berita Entertainment

Terdampak Polusi Udara Jakarta, Anak Zaskia Adya Mecca Alami Asma, Sampai Pakai Alat Bantu Napas

Penulis: Alga
Editor: Mujib Anwar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Anak Zaskia Adya Mecca alami sesak napas imbas polusi udara Jakarta

TRIBUNJATIM.COM - Ikut terdampak polusi udara Jakarta, anak Zaskia Adya Mecca sampai mengalami sesak napas. 

Ya, anak bungsu Zaskia Adya Mecca, Kama, sampai kambuh penyakit asma dan pakai alat bantu pernapasan.

Seperti diketahui, saat ini polusi udara Jakarta tengah menjadi perbincangan.

Pasalnya sepanjang sejarah, kualitas udara Jakarta semakin buruk.

Baca juga: Imbauan Pemkot Surabaya pada Warga Demi Cegah Polusi Udara, Tanam Tanaman Hias hingga Pakai Masker

Bahkan meski hari ini sebagian besar warga ibu kota tidak berangkat bekerja, kualitas udara tetap buruk.

Sejumlah public figure ikut merasakan dampak dari udara buruk Jakarta.

Salah satu di antaranya adalah anak aktris Zaskia Adya Mecca.

Istri Hanung Bramantyo ini panik anak bungsunya mengalami sesak napas hingga harus memakai alat bantu pernapasan.

Memburuknya kualitas udara di Jakarta belakangan ini sangat berdampak pada Zaskia Adya Mecca.

Pasalnya anak bungsu Zaskia Adya Mecca, Kama, sempat jatuh sakit akibat penyakit asmanya kambuh.

Bahkan anak Zaskia Adya Mecca tersebut harus menggunakan alat bantu pernapasan buntut dari kualitas udara yang buruk.

"Iya nih Kama lagi kumat, karena memang kan polusinya kan jelek banget," kata Zaskia Adya Mecca dikutip dari tayangan di kanal YouTube Cumicumi, Sabtu (26/8/2023).

Zaskia Adya Mecca mengetahui anaknya jatuh sakit saat ia sedang mengisi sebuah acara.

Tak ayal istri sutradara Hanung Bramantyo itu pun dilanda kepanikan setelah mendengar kabar anaknya jatuh sakit.

"Makanya ini lagi ngisi acara langsung panik karena asmanya lagi kumat untuk orang yang sensitif," ungkapnya.

Zaskia Adya Mecca mengatakan, anaknya sampai harus menggunakan alat bantu pernapasan.

"Iya udah pakai uap, ini juga lagi tegang, lagi siaga satu lagi kalau buat anak-anak," bebernya.

Sementara itu lewat unggahan di Instagram-nya, @zaskiadyamecca, Kamis (24/8/2023), Zaskia Adya Mecca sempat berkeluh kesah soal kualitas udara yang kian memburuk.

Zaskia Adya Mecca menggunggah foto anak bungsung yang sedang terbaring mengenakan alat bantu pernapasan.

"Akhirnya kena juga anak efek dari polusi yang luar biasa di Jakarta," tulis Zaskia Adya Mecca dalam keterangan unggahannya.

Baca juga: 4 Perintah Jokowi soal Polusi Udara Jakarta, Bahas Batubara, Pemprov DKI Cuek? Kasus ISPA Meningkat

Ia mengatakan, anak bungsunya tersebut sempat gelisah hingga tak bisa tidur lantaran kondisi kesehatannya yang menurun.

"Kama semalem gelisah ga bisa tidur, ku cek saturasi bener aja 88," sambungnya.

Meski panik, aktris berusia 35 tahun ini paham dengan apa yang harus diperbuat untuk menolong anaknya.

"Walau panik tapi udah paham bagaimana ngadepin situasinya," imbuhnya.

Lantas Zaskia Adya Mecca pun memberikan pertolongan pertama untuk anaknya yang mengalami sesak napas.

Ia pun mengaku sampai harus begadang untuk merawat anak bungsunya tersebut.

"Uap dulu, lalu 30menit ga naik saturasi ku kasi oksigen sejam buat bantu Kama nafas enakan."

"Begadang semaleman sampai pagi perlahan membaik walau belum normal," terangnya.

Anak Zaskia Adya Mecca mengalami sesak napas disebut karena polusi udara Jakarta (Instagram)

Aktris yang pernah membintangi film 'Doa yang Mengancam' itu pun menyoroti soal buruknya kualitas udara di Jakarta.

"Pemerintah ada saran buat WFH (Work from Home), tapi liat sendiri kan jam 2.30 pagi mostly semua orang tidur aja kualitas udara sama buruknya."

Zaskia Adya Mecca pun cuma bisa pasrah terkait masalah udara yang buruk ini.

"Entah bisa berharap sama siapa lagi selain Allah buat urusan udara ini, nafas aja takut sekarang tuh," pungkas Zaskia Adya Mecca.

Sementara itu PLN membantah tudingan yang menyalahkan adanya 16 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sebagai penyebab polusi udara di Jakarta makin memburuk.

Seperti diketahui, 16 PLTU yang dituding jadi penyebab polusi udara di Jakarta ini berbasis batubara.

Namun pihak PLN enggan disalahkan sebagai penyebab polusi udara di Jakarta memburuk.

PLN juga mengungkit soal Covid-19. 

Dikutip dari Kompas.com, hal itu disampaikan Executive Vice President (EVP) Operasi Sistem Ketenagalistrikan PLN, Dispriansyah.

Ia mengatakan, industri PLTU di sekitar Jakarta sudah beroperasi sejak puluhan tahun.

Bahkan kata Dispriansyah, saat pandemi Covid-19, keberadaan PLTU tak memengaruhi kualitas udara Jakarta.

"Itu (PLTU) sudah lama, jadi tidak ada hubungannya yang sekarang ini (polusi udara) dengan PLTU."

"PLTU beroperasi itu dulu zamannya pandemi Covid-19 dia juga beroperasi."

"Terbukti enggak ada masalah polusi itu," kata Dispriansyah saat ditemui di Ayana Midplaza, Jakarta, Selasa (15/8/2023).

Dispriansyah menilai, penyumbang polusi udara di Jakarta saat ini adalah sektor transportasi.

Ditambah, kata dia, cuaca Jakarta tengah kemarau.

"Menurut saya pribadi, bukan karena saya orang PLN ya, ini (polusi udara) karena transportasi yang membuat kondisi saat ini," imbuhnya.

"Ditambah cuaca lebih panas, debu itu berterbangan," tutup Dispriansyah.

Baca juga: Tangkal Dampak Buruk Polusi, Makanan Tinggi Antioksidan Bisa Jadi Solusi

Sebelumnya diberitakan, Kepala Divisi Pengendali Lingkungan Indonesian Center for Environmental Law (ICEL), Fajri Fadhillah menjelaskan, keberadaan PLTU turut berkontribusi terhadap polusi udara Jakarta karena beberapa faktor.

"Kualitas udara di suatu daerah itu selain dipengaruhi oleh jumlah sumber pencemar udara, juga dipengaruhi oleh kondisi meteorologis dan geografis," ucap Fajri kepada Kompas.com, Selasa (15/8/2023).

Dalam hal ini, kondisi meteorologis dan geografis yang dimaksud adalah arah angin, kecepatan angin, tinggi dataran, kelembaban, dan seterusnya.

Hal itu tak bisa lepas dari kontribusi polusi udara di Jakarta.

Faktor tersebut, kata Fajri, diakui dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Pasal 175 Ayat (3).

"Kualitas udara di suatu daerah itu selain dipengaruhi oleh jumlah sumber pencemar udara, juga dipengaruhi oleh kondisi meteorologis dan geografis," ucap Fajri kepada Kompas.com, Selasa (15/8/2023).

Dalam hal ini, kondisi meteorologis dan geografis yang dimaksud adalah arah angin, kecepatan angin, tinggi dataran, kelembaban, dan seterusnya.

Hal itu tak bisa lepas dari kontribusi polusi udara di Jakarta.

Faktor tersebut, kata Fajri, diakui dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Pasal 175 Ayat (3).

Adapun tujuan penggunaan cerobong itu, kata Fajri, untuk menyebarkan emisi agar tidak terpusat di area dekat pembangkit atau industri tersebut.

"Emisi yang tersebar itu bukan hilang, tapi terbawa ke banyak arah tergantung kondisi meteorologis dan geografis tadi," ungkap Fajri.

"Bahkan bisa terbawa ke tempat yang jaraknya di atas 100 kilometer dari posisi cerobong tersebut," sambungnya.

Berita Terkini