Ketika Anies Baswedan duduk di bangku SMP, dia aktif dalam dalam beberapa organisasi seperti Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS).
Baca juga: Bahas Duet Anies-Cak Imin, PKB Jatim Gelar Rapat Pleno di Surabaya: Kami Sudah Cukup Sabar
Dia juga menjabat pengurus bidang humas yang dijuluki sebagai "seksi kematian", karena tugasnya mengabarkan kematian.
Kemudian, Anies Baswedan juga pernah menjadi ketua panitia tutup tahun di SMP-nya.
Anies Baswedan kemudian melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Yogyakarta.
Dia tetap aktif berorganisasi hingga terpilih menjadi Wakil Ketua OSIS dan mengikuti pelatihan kepemimpinan bersama 300 orang Ketua OSIS se-Indonesia.
Sebuah pencapaian yang membanggakan bagi Anies Baswedan ketika dia terpilih menjadi Ketua OSIS se-Indonesia pada tahun 1985.
Pada 1987, dia terpilih untuk mengikuti program pertukaran pelajar AFS dan tinggal selama setahun di Milwaukee, Wisconsin, Amerika Serikat.
Hal tersebut membuatnya harus menempuh masa SMA selama empat tahun dan baru lulus pada 1989.
Setelah kembali ke Yogyakarta, Anies mendapat kesempatan berperan di bidang jurnalistik.
Anies Baswedan bergabung dengan program Tanah Merdeka di Televisi Republik Indonesia (TVRI) cabang Yogyakarta dan mendapat peran sebagai pewawancara tetap tokoh-tokoh nasional.
Deretan pendidikan dan pengalaman tersebut membuat Anies Baswedan semakin aktif berkiprah dalam kegiatan akademik dan non-akademik sejak masa mudanya.
Baca juga: Muncul Rumor Anies-Muhaimin Duet di Pilpres 2024, PDIP Tegaskan Poros Ganjar Pranowo Paling Solid
Oleh karena itu, setelah menyelesaikan pendidikan SMA, Anies Baswedan melanjutkan pendidikannya ke Universitas Gajah Mada (UGM), salah satu universitas terbaik di Indonesia dan banyak menyabet penghargaan.
Dia diterima bergabung di Fakultas Ekonomi pada 1989-1995.
Saat kuliah di UGM, Anies Baswedan tetap aktif berorganisasi. Dia bergabung dengan Himpunan Mahasiswa Islam, lalu menjadi salah satu anggota Majelis Penyelamat Organisasi HMI UGM.
Di fakultasnya, Anies Baswedan berhasil menjabat sebagai Ketua Senat Mahasiswa dan ikut membidangi kelahiran kembali Senat Mahasiswa UGM setelah pembekuan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada waktu itu.