"Alasannya karena pemeliharaan wajah. Ya boleh, kita kan menjaga penampilan, tapi kan tidak harus berlebih," imbuh Larasati.
Sementara itu Koordinator Satuan Tugas Pelaksana Pembinaan Kesiswaan (STP2K) SMAN 1 Bergas, Cipta Andy S mengungkapkan terkait fenomena maraknya pelajar pakai makeup di sekolah.
Ia mengatakan, hal itu didasari masa pandemi Covid-19 sejak tahun 2020 lalu.
Menurut dia, terjadi perubahan karakter peserta didik saat menjalani pendidikan di rumah.
Lantas hal itu terbawa pada aktivitas belajar di sekolah saat pasca pandemi Covid-19.
"Habis dari Covid perubahannya luar biasa, dari SMP kemudian langsung masuk SMA."
"Setelah pemerintah memperbolehkan masyarakat tidak mengenakan masker, ternyata sebagian siswi yang masih mengenakan masker itu yang ber-makeup tebal," jelas dia.
Andy menegaskan, razia tersebut merupakan bagian dari standarisasi pendidikan.
Hal-hal yang tidak perlu dan tidak menyangkut pelajaran akan dilarang.
Kosmetik yang masih diperbolehkan, lanjut dia, yaitu parfum atau minyak wangi.
Daftar tata tertib pun juga terpampang di dinding masing-masing kelas di sekolah tersebut.
Sementara itu seorang siswi kelas XII di sana, Nadia, berpendapat bahwa sebagai pelajar seharusnya tidak memakai makeup berlebihan.
Nadia sendiri mengaku tidak pernah menggunakan makeup secara berlebihan.
Sementara itu guru berinisial JT atau TM yang mengajar di SMPN 1 Sianjur Mulamula, Kecamatan Sianjur Mulamula, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, juga jadi sorotan karena botaki siswa dengan model aneh dan tak wajar.
JT dilaporkan telah membotaki siswa SMP beinisial JS.