"Fasilitasi biaya distribusi ini untuk menyalurkan komoditas pangan dari produsen ke konsumen, atau dari wilayah surplus ke wilayah minus, sehingga masyarakat memperoleh harga sama dengan harga di tingkat produsen atau dengan kata lain, konsumen bisa mendapat harga pangan di bawah harga pasar," beber dia.
Pada Desember 2022 lalu, lanjutnya, sempat terjadi ketersendatan pasokan minyak goreng dan beras.
Maka, melalui tambahan dana insentif daerah, Dinas Ketahanan Pangan dengan PT Jateng Agro Berdikari, dan Pergudangan dan Aneka Usaha (PAU) Pedaringan Kota Surakarta telah menyalurkan bahan pangan mencapai 189,8 ton hingga 31 Agustus kemarin.
Untuk intervensi subsidi harga pangan, imbuh Nana, pada 2022 Pemprov Jateng meminta Bulog, PT Jateng Agro Berdikari dan PAU Pedaringan Kota Surakarta menyalurkan subsidi komoditas kedelai sebesar Rp 1.000/kg. Subsidi tersebut diberikan kepada 2.086 pengrajin tahu tempe dengan total berat kedelai sebesar 2.373,16 ton.
Pada tahun ini, Nana mengungkapkan, telah dialokasikan anggaran subsidi pangan sebesar Rp 2,7 miliar melalui anggaran perubahan. Komoditas yang mendapatkan subsidi meliputi beras, jagung, dan telur.
Harga ketiga komoditas tersebut, lebih besar dari harga acuan pemerintah di tingkat konsumen.
Selain beras, jagung dan telur, pemerintah juga memberikan subsidi harga kepada komoditas bawang merah dan cabai. Harga bawang merah dan cabai ini lebih kecil dari harga acuan pemerintah di tingkat produsen.
"Selain ketiga intervensi itu, Pemprov Jateng juga menandatangani perjanjian kerja sama dengan PAU Pedaringan Kota Surakarta untuk pengelolaan Sarana Pendukung Logistik Pangan berupa cold storage," pungkasnya.