Laporan wartawan Tribun Jatim Network, Willy Abraham
TRIBUNJATIM.COM, GRESIK - Inilah akhir kasus siswi SD yang diduga buta karena bullying.
SA (8) siswi kelas 2 SD yang diduga mengalami kebutaan mata kanan karena bullying, hasil dari pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI) hanya mengalami penurunan pengelihatan.
SA pun pindah sekolah demi melanjutkan pendidikannya yang sempat terhenti selama satu bulan lebih.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Gresik, S. Hariyanto mengatakan pendampingan kepada keluarga korban selama ini juga membahas pendidikan SA ke depan.
"Keluarga berembuk dan juga atas inisiatif orang tua SA dirumuskan 21 September 20203 SA pindah sekolah ke SD (swasta) jarak sekolah ke rumah 750 meter," kata Hariyanto, Kamis (21/9/2023).
Baca juga: Mereka Seperti Jijik Lihat Saya Rintihan Siswa MTS di Asahan, Korban Bully Teman Selama 3 Tahun
Hariyanto mengatakan, proses administrasi perpindahan sekolah yang sebelumnya dengan sekolah yang baru telah rampung hari ini. Kondisi mental SA, kata Hariyanto, sudah siap untuk masuk ke sekolah.
"Hari ini klir (clear) semua perpindahan administrasi, besok bisa melakukan aktivitas belajarnya, proses administrasi sudah selesai semua," ungkapnya.
Diketahui kondisi mata kanan SA yang ramai disebut mengalami kebutaan permanen ditepis oleh hasil MRI yang dilakukan di RS PHC Surabaya.
Hasil pemeriksaan MRI menunjukkan fakta bahwa tidak ada tanda – tanda kekerasan pada mata korban, SA. Dokter spesialis mata RSUD Ibnu Sina, dr. Bambang Tuharianto saat pers rilis mengatakan, pemeriksaan dilakukan dengan alat canggih MRI. Hasilnya tidak ditemukan kelainan apapun.
"Sudah kami lakukan pemeriksaan, jadi penglihatan yang dikeluhkan itu betul, mata kanan terjadi penurunan fungsi penglihatan. Mata kiri dalam batas normal. Kemudian dari pemeriksaan fisik makro menggunakan alat -alat yang tersedia RSUD Ibnu sina tidak kami temukan kelainan apapun,” beber dr. Bambang Tuharianto saat press release di Mapolres Gresik.
Setelah itu dilanjutkan pemeriksaan MRI, yakni pemeriksaan menggunakan alat canggih untuk melihat bekas – bekas atau apapun kelainan.
"Ternyata dari hasil pemeriksaan itu (MRI) tidak didapatkan kelainan apapun, bekas darah, bagian dari darah atau kelainan saraf tidak ada. Tidak ada kelainan yang menunjukkan bekas – bekas kekerasan. Sehingga tidak bisa ditarik kesimpulan apapun, karena tidak ada bukti apapun. Benar ada penurunan fungsi penglihatan, tapi tidak ada satupun kelainan yang ditemukan,” bebernya lagi.
Nah, penurunan mata korban hanya terjadi di sebelah mata kanan saja. Sedangkan mata kiri SA dalam keadaan baik-baik saja. Terkait dengan penyembuhan mata korban, dr Bambang Tuharianto tidak bisa memastikan. Dia belum bisa mengungkapkan penyebab menurunya pengelihatan di mata kanan SA.
“Seberapa jelek, kondisi korban saat ini hampir buta,” terangnya.