Berita Terpopuler

JATIM TERPOPULER: Pembunuhan Petani Cabai Probolinggo - Wanita di Jember Tewas dengan Luka di Leher

Editor: Elma Gloria Stevani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

4 berita terpopuler Jatim Rabu, 15 November 2023 di TribunJatim.com.

TRIBUNJATIM.COM - Berikut ini adalah kabar seputar Jawa Timur yang menarik perhatian para pembaca setia TribunJatim.com.

Hari ini, empat kabar terkumpul dan terangkum ke dalam segmen berita Jatim terpopuler, Rabu, 15 November 2023.

Penyesalan kini dirasakan Abdul Samad (65) setelah menghabisi nyawa tetangganya Abdul Halim (67) petani cabai asal Desa Ranon, Kecamatan Pakuniran, Kabupaten Probolinggo. Ia kini terancam pasal berlapis.

Samad mengungkapkan penyesalannya saat ditemui awak media di ruang penyidik Unit Pidana Umum (Pidum) Satreskrim Polres Probolinggo, Selasa (14/11). Ia mengaku nekat menghabisi korban karena sakit hati istrinya digoda.

Selain masih bertetangga dengan korban, Samad sendiri diketahui sehari-hari menjadi takmir masjid di desanya. Samad menyebut sempat berkelahi dengan korban sebelum membacok korban dengan celurit.

Sementara Kasat Reskrim Polres Probolinggo Iptu Putra Adi Fajar Winarsa mengatakan, akibat perbuatannya, pelaku dijerat Pasal 340 tentang pembunuhan berencana dan Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan dan Pasal 351 ayat 3 terkait penganiayaan yang menyebabkan hilangnya nyawa seseorang.

Selain itu, jasad wanita ditemukan di Jember, Jawa Timur, tepatnya di tepi sungai Desa Keting, Kecamatan Jombang.

Diduga wanita tersebut merupakan korban pembunuhan yang diperkuat dengan adanya bekas luka gorok di bagian lehernya.

Yang tak kalah mengejutkan adalah soal 

Lebih lengkap, simak berita Jatim terpopuler hari ini, Rabu, 15 November 2023, di bawah ini.

1. Terkuak Identitas Wanita Tewas dengan Luka di Leher, Polisi Jember Sebut Meninggal Tak Wajar

Polisi evakuasi Perempuan tewas dengan luka di leher di Desa Keting Kecamatan Jombang Jember. (TRIBUNJATIM.COM/IMAM NAWAWI)

Polisi telah menemukan identitas wanita tewas dengan luka sayatan di leher di Desa Keting Kecamatan Jombang Jember, Jawa Timur dengan luka di bagian leher.

Kepala urusan Pembinaan Operasi (KBO) Satreskrim Polres Jember IPTU Dwi Sugianto mengatakan, berdasarkan database yang sudah diperoleh, korban bernama Hasyiah.

"Perempuan, warga Desa Wonojati Kecamatan Jenggawah Jember," ujarnya, Selasa (14/11/2023).

Baca juga: Diduga Dibunuh Secara Kejam, Identitas Wanita Tewas di Jember dengan Luka di Leher Masih Misteri

Menurutnya, polisi masih melakukan penyelidikan atas kematian perempuan tersebut. Khususnya untuk proses pulbaket.

"Karena saksi minim, jadi teman teman resmob masih mengumpulkan sejumlah keterangan, dari pra saksi," kata Dwi.

Kesimpulan dari hasil oleh Tempat Kejadian Perkara (TKP), kata Dwi, korban meninggal dunia secara tidak wajar, karena ada bekas luka sayatan di leher dan kepala.

"Sehingga diduga, ada unsur kekerasan atas kematian korban tersebut," paparnya.

Baca juga: Geger Warga di Jember Temukan Jasad Wanita Tanpa Identitas, Ada Luka Gorok, Anting Jadi Petunjuk

Dia mengaku belum menemukan barang bukti petunjuk di TKP, yang mengarah pada pelaku pembunuhan terhadap korban.

"Sementara belum ada (barang bukti), hanya beberapa barang milik korban yang bercecer di TKP," kata Dwi.

Informasi di lapangan, kata Dwi, korban datang ke TKP membawa sepeda motor.

Tetapi kemudian kendaraan tersebut tidak ada.

"Tetapi sepeda motor korban tidak ada di TKP, adapun dugaan korban pembegalan, kami belum mengarah ke situ. Yang jelas korban meninggal dunia secara tidak wajar," paparnya.

Simak berita selengkapnya

2. Terkuak Sosok Pembunuh Petani Cabai di Probolinggo, Ternyata Tetangga Korban Sendiri

Personel Satreskrim Polres Probolinggo meringkus AS (65), tersangka pembunuhan petani cabai di Probolinggo, Senin (13/11/2023). (Istimewa/TribunJatim.com)

Polisi telah meringkus AS (65), pelaku pembunuhan petani cabai di area persawahan Desa Ranon, Kecamatan Pakuniran, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Senin (13/11/2023).

AS tak lain adalah tetangga korban.

Penangkapan tersangka ini setelah barang bukti dan olah tempat kejadian perkara (TKP) mengarah kuat ke tersangka.

Tersangka diringkus di rumahnya pada Senin (13/11/2023) sekitar pukul 10.00 WIB.

"Usai melewati serangkaian pemeriksaan, mulai dari keterangan saksi dan hasil keterangan unit satuan anjing pelacak Polres Malang Kota, kuat mengarah ke tersangka AS ini," kata Kasat Reskrim Polres Probolinggo, Iptu Putra Fajar Adi Winarsa.

Tersangka AS digelandang ke Mapolres Probolinggo guna diperiksa.

Berdasarkan pemeriksaan sementara, tersangka mengaku menghabisi nyawa korban seorang diri.

Kendati begitu, pemeriksaan akan terus dilakukan untuk mengetahui adanya keterlibatan orang lain.

"Antara korban dan tersangka saling kenal. sawah keduanya juga berdekatan, yakni di Desa Ranon. Terkait motif akan segera kami sampaikan secepatnya setelah pemeriksaan selesai. Mohon waktu," tukasnya.

Diberitakan sebelumnya, Abdul Halim (67) warga Dusun Jatikandang, Desa Ranon, Kecamatan Pakuniran, Kabupaten Probolinggo, ditemukan tewas di area persawahan setempat, Sabtu (11/11/2023) pagi.

Saat ditemukan, korban dalam kondisi bersimbah darah dengan luka bacok pada bagian wajah dan betis.

Ditemukan pula sebilah celurit yang menempel di betis sebelah kiri korban.

Tatkala menggelar olah TKP, Satreskrim Polres Probolinggo turut melibatkan unit anjing pelacak.

Simak berita selengkapnya

3. 2 Lansia yang Tewas Terpanggang saat Kebakaran di Surabaya Ternyata Pernah Bakar Rumah Sendiri

Kebakaran rumah di kawasan Jalan Kertajaya Indah Timur IX, Manyar Sabrangan, Mulyorejo, Kota Surabaya, pada Selasa (14/11/2023) dini hari. Akibat kebakaran tersebut, 2 lansia tewas terpanggang. Korban diketahui pernah bakar rumah sendiri (TRIBUNJATIM/istimewa)

Sosok dua orang kakak adik lanjut usia (lansia) yang tewas terpanggang dalam insiden kebakaran rumah di Jalan Kertajaya Indah Timur IX, Manyar Sabrangan, Mulyorejo, Kota Surabaya, Selasa (14/11/2023) dini hari, pernah bakar rumah sendiri. 

Insiden tersebut diketahui terjadi pada 15 tahun silam, tepat tahun 2008. Rumah yang dibakar oleh keduanya merupakan rumah pribadi milik kakak adik tersebut. Lokasinya di Kanginan, Gubeng, Surabaya. 

Kemudian, setelah rumah mereka terbakar dan tak lagi dapat ditinggali. Keduanya lantas berpindah tempat tinggal di rumah milik ayahanda mereka di Jalan Kertajaya Indah Timur IX, Manyar Sabrangan, Mulyorejo, Kota Surabaya, hingga saat ini. 

Kapolsek Mulyorejo Polrestabes Surabaya Kompol Sugeng Rianto mengatakan, informasi mengenai rekam jejak perbuatan korban pernah membakar rumah sendiri pada tahun 2008, diperolehnya dari keterangan kerabat dari korban. 

"Soal ada pengalaman kedua korban pernah membakar rumah sendiri di Gubeng. Itu dari saudara sambungnya," ujarnya saat ditemui TribunJatim.com di ruangan kerjanya. 

Bahkan, korban pada tahun 2012 pernah menjalani perawatan kejiwaan di RSAL. Sehingga, dapat disimpulkan sementara bahwa kedua korban memiliki riwayat gangguan kesehatan mental dan pernah menjalani intervensi penanganan psikis di salah satu rumah sakit (RS). 

Baca juga: Ganasnya Kebakaran Rumah di Surabaya, 2 Lansia Tewas Terpanggang, Sekuriti Ungkap Pertemuan Terakhir

Saat petugas pemadam kebakaran DPKP Surabaya berjibaku memadamkan kebakaran kawasan Jalan Kertajaya Indah Timur IX, Manyar Sabrangan, Mulyorejo, Kota Surabaya, pada Selasa (14/11/2023) dini hari. (TRIBUNJATIM/istimewa)

Baca juga: Korban Kebakaran Kandang Ayam di Mojokerto Ditemukan dalam Keadaan Duduk, Kehabisan Nafas

"Memang sebelumnya pernah mencoba membakar rumah, namun di lokasi berbeda. Informasi dari saudara sambungnya. Pada tahun 2012 keduanya pernah dirawat di RSAL. Perawatan psikisnya. Informasinya seperti itu, dari saudaranya (riwayat gangguan kejiwaan atau depresi)," pungkasnya. 

Sementara itu, seorang sekuriti perumahan Suatman mengatakan, keduanya cenderung memiliki sikap pendiam. 

Bahkan hampir tidak pernah bersosialisasi dengan warga sekitar atau para tetangga di sisi kanan kiri atau depan rumah. 

Aktivitas keduanya yang diketahui oleh warga permukiman sekitar rumah, saat keduanya bergantian berjalan kaki keluar rumah untuk berbelanja kebutuhan bahan pokok di sebuah minimarket. 

Biasanya kalau berpapasan dengan warga yang lain, mereka menyapa sekadarnya, lalu kembali berjalan melenggang pergi melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. 

"Ya kalau sudah masuk ya di dalam terus. Enggak pernah keluar. Kalau kegiatan warga, jarang. Gak ada. Gak pernah keluar. Tapi kalau ada tagihan iuran keamanan, beliau balik. Apapun peraturan di sini selalu ikut," ungkap kakek tiga cucu itu, saat ditemui TribunJatim.com disela bertugas dekat lokasi. 

Baca juga: BREAKING NEWS - Kebakaran Rumah di Surabaya, Dua Lansia Kakak Beradik Tewas Terpanggang

Ia tak menampik, kedua korban itu hampir tidak pernah mengikuti kegiatan sosial lingkungan permukiman tersebut. 

Namun, anehnya, mereka selalu rajin untuk membayar iuran keamanan, kebersihan, atau kegiatan sosial warga secara tepat waktu, bahkan tak segan memberikan dalam jumlah berlebih. 

"Kalau kegiatan warga, jarang. Gak ada. Gak pernah keluar. Tapi kalau ada tagihan iuran keamanan, beliau balik. Apapun peraturan di sini selalu ikut. Kalau iuran tetap memberi, baik juga. Tiap bulan Rp300 ribu. Iya secara lingkungan sosial keorganisasian, tetap berpartisipasi," ungkapnya. 

Mengenai asal muasal uang yang selama ini digunakan oleh kedua kakak adik tersebut memenuhi kebutuhan hidupnya. Termasuk untuk membayar iuran bulanan dalam jumlah nominal lebih. 

Suatman mengaku, tak mengetahuinya. Apalagi dirinya juga tak mengetahui pekerjaan kedua orang korban selama tinggal di rumah tersebut dengan cara tertutup. 

Ia menduga, selama ini, kedua kakak adik tersebut hidup mengandalkan uang tabungan pemberian orangtuanya yang telah meninggal sejak beberapa tahun lalu. 

Suasana pasca kebakaran yang akibatkan 2 lansia tewas terpanggang di Jalan Kertajaya Indah Timur IX, Manyar Sabrangan, Mulyorejo, Kota Surabaya, pada Selasa (14/11/2023) dini hari. (TRIBUNJATIM/istimewa)

Sehingga, untuk sekarang hidup sederhana dengan membeli makan minum untuk memenuhi kebutuhan pokok, dan tak terlalu dibebani oleh tagihan kebutuhan sekunder dan tersier lainny, dirasa Suatman, tak mustahil. 

"Enggak tahu dari mana. Tapi masih bisa makan setiap hari, bisa bayar iuran tiap bulan. Mungkin waktu meninggal ayahnya itu, masih punya tabungan banyak. Mungkin punya simpan, mungkin. Bisa belanja. (Sangat mungkin untuk hidup sederhana) iya betul," katanya. 

 

Simak berita selengkapnya

4. Suami Kena Tilang di Jembatan Suramadu Istri di Madura Ngomel, Padahal Sudah Baca Sholawat

Puluhan pengendara sepeda motor dari arah Surabaya terjaring razia personel Satlantas Polres Bangkalan di pintu keluar Jembatan Suramadu sisi Madura, Selasa (14/11/2023). Polisi memberikan tindakan tegas berupa sanksi tilang karena para pemotor itu masuk di jalur roda empat yang bukan peruntukannya. (TribunJatim.com/Ahmad Faisol)

Puluhan pengendara sepeda motor dari arah Surabaya terjaring razia personel Satlantas Polres Bangkalan di pintu keluar Jembatan Suramadu sisi Madura, Selasa (14/11/2023).

Polisi memberikan tindakan tegas berupa sanksi tilang karena para pemotor itu masuk di jalur roda empat yang bukan peruntukannya.

Di tengah menunggu suaminya mendapatkan surat tilang, seorang perempuan menggunakan Bahasa Madura mengungkapkan, keputusan melintasi jalur mobil karena hanya ingin lekas sampai di rumah.

Le ben areh ongge-toron Pak, mon malam e jebeh mon siang bedeh e medureh. Nyareh pesse gebey sangonah nak kanak, male leggis (Sudah tidak hari Bangkalan-Surabaya, kalau malam di Surabaya kalau siang di Madura. Cari uang untuk uang saku anak-anak,” ungkap perempuan asal Desa Tambin, Kecamatan Tragah itu.

Gelar razia yang yang dipimpin langsung Kasat Lantas Polres Bangkalan, AKP Grandika Indera Waspada itu sebagai respon atas beredarnya video-video terkait banyak pemotor melintasi jalur mobil di Jembatan Suramadu.  

Mangkanah pas e kenning Pak-bapak. Sholawat molaeh e beach derih Krampung tapeh lok empan (Ternyata kena Bapak-bapak itu. Sholawat mulai dibaca dari Kapas Krampung, tetapi tidak mempan),” pungkas sambil menaiki jok penumpang motor yang dikemudikan suaminya.

Mendengar celoteh isterinya, suaminya hanya tersenyum dan mengatakan, ‘montheng sakek mon lebet pinggir’ (Tulang ekor sakit kalau lewat jalur sepeda motor).

Kondisi jalur khusus sepeda motor di Jembatan Suramadu memang tidak semulus jalur mobil. Suami-isteri itu memang tiap hari beraktivitas di Surabaya di malam hari dan kembali Bangkalan di pagi hari.

Sementara Kasat Lantas Polres Bangkalan, AKP Grandika Indera Waspada mengimbau masyarakat khususnya pemotor yang melintasi Jembatan Suramadu untuk lebih mementingkan keselamatan saat berkendara. Pasalnya, angin kencang sewaktu-waktu bisa saja menghempas jembatan sepanjang 5,4 KM yang membelah Selat Madura itu.    

“Jadi untuk roda dua memang memang dikonsep terpisah untuk keselamatan karena angin di tengah laut itu sangat kencang. Jadi kalau roda dicampur dengan jalur roda empat sangat berbahaya karena pemotor bisa limbung, jatuh, bahkan bisa terlindas,” imbau Grandika.

Simak berita selengkapnya

---

Berita Jatim dan Berita Viral lainnya

Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunJatim.com

 

Berita Terkini