Berita Surabaya

Wali Kota Surabaya Geram Bila Ada Pungutan Biaya 'Sukarela', Tegaskan Bakal Ada Sanksi Untuk Kepsek

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi saat ditemui di Surabaya beberapa waktu lalu

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi melarang sekolah maupun komite untuk sekolah untuk meminta pungutan kepada wali murid.

Apalagi, memasuki semester 2 tahun ajaran 2022/2023 mendatang.

Wali Kota Eri mengungkapkan, masih sering mendengar berbagai pungutan yang dilakukan sekolah negeri dengan berbagai alasan.

Berdasarkan laporan yang ia terima, pungutan tersebut ada yang mengatasnamakan dewan komite sekolah.

"Misalnya, ada (permintaan) sumbangan sukarela yang diminta sekolah atas persetujuan komite. Saya sudah sampaikan, bahwa di Surabaya tidak ada (penarikan) anggaran itu, apapun. Baik tarikan secara sukarela maupun tidak, ya jangan!," kata Wali Kota Eri ditemui di Surabaya, Rabu (27/12/2023).

Baca juga: 14 Tahun Mengabdi, Cleaning Service Sekolah Pensiun Dirayakan Bak Ratu, Pulang Diantar Pakai Mobil

"Sekali lagi, tidak alasan apapun untuk meminta kepada murid. Namun, kalau punya rejeki (orang mampu), silakan taruh (memberikan) ke sekolah untuk kepentingan bersama," tandasnya.

Wali Kota Eri mengawatirkan, tarikan sukarela ini akan memberatkan wali murid yang kurang mampu. Menurutnya, alangkah lebih baik apabila para wali murid yang masuk kategori mampu justru memberikan bantuan kepada yang kurang mampu.

"Khoirunnas anfauhum linnas. Ayo menyumbang. (Wali murid) yang mampu silakan urunan. Jangan membebankan pada (sumbangan) sukarela," katanya mengutip Hadis tentang kewajiban memberikan kemanfaatan terhadap orang lain.

Permintaan sumbangan yang membebani orang tua kurang mampu justru akan menimbulkan masalah baru.

Di antaranya, perilaku bullying bagi siswa yang belum membayar.

"Yang nggak nyumbang, nanti diilokne (yang nggak nyumbang, nanti dihina). Yang seperti ini ada Surabaya. Saya sudah sampaikan ini kepada guru," katanya.

Sehingga, Wali Kota berpesan kepada guru maupun kepala sekolah (kepsek) untuk mengedepankan budi pekerti, budaya tolong menolong, dan tenggang rasa. "Guru menjaga marwahnya pendidikan," katanya.

"Para guru ini yang akan melahirkan pemimpin berkarakter di masa depan. Sehingga, jangan ada menimbulkan persaingan antar siswa," tandasnya.

Ia mencontohkan model tarikan lain yang dilakukan sekolah. Misalnya, permintaan pembayaran untuk kebutuhan wisuda siswa.

Wali Kota Eri yang merupakan ayah dari dua anak ini bercerita, di sekolah anaknya menyiasati hal ini dengan iuran sesama orang mampu. "Sing mampu, urunan (yang mampu, iuran). Sehingga, tidak ada satu pun yang dikeluarkan (kurang mampu)," katanya.

Halaman
12

Berita Terkini