Namun awan hujan ia alihkan ke sekitar Kota Semarang.
"Kalau mendung ya biasa, yang penting hujan tidak turun," ujarnya, melansir Kompas.com.
Dia mengaku hanya memindahkan angin ke lokasi lain.
"Kita memindahkan angin saja ke tempat lain, kalau kekuatan memang punya sedikit-sedikit," kata Joko Menthek.
Meski terdengar tak masuk akal, namun aksi Joko Menthek tersebut membuat kampanye akbar Prabowo-Gibran berjalan sukses.
Terbukti selama kampanye berlangsung, rintik-rintik hujan tidak turun, meskipun di kompleks Simpang Lima diselimuti awan hitam.
"Kalau mendung itu biasa, nanti gerimis kecil-kecil terus ilang lagi," ujarnya.
Saat bekerja, Joko Menthek mengaku tak menggelar ritual apapun.
Ia mengatakan, memang terbiasa bekerja tanpa melakukan ritual.
Di tahun politik, Joko Menthek mengaku dapat banyak tawaran untuk mengalihkan cuaca.
"Tim dari paslon lain juga meminta saya untuk mengalihkan cuaca dalam acara kampanye beberapa hari ke depan," terangnya.
Menyoal imbalan, Joko Menthek menuturkan biasanya dibayar Rp 1,5 juta.
Namun kali ini Joko Menthek mengaku dibayar tim Prabowo-Gibran Rp6 juta untuk menjadi pawang acara yang diselenggarakan di Kota Semarang tersebut.
"Biasanya saya dibayarnya Rp1,5 juta. Kalau ini acara besar dibayar Rp6 juta," ungkap Joko Menthek.
"Sebenarnya saya tidak mematok nominal, tim Prabowo-Gibran yang menentukan nominalnya," tambahnya.
Baca juga: Ketua Relawan Prabowo-Gibran Syok Dengar Kaca Rumah Dilempar Batu, Motor Dibakar saat Dini Hari