TRIBUNJATIM.COM - Media sosial dihebohkan dengan pria teriak-teriak diduga stres.
Dalam video yang beredar dinarasikan pria itu merupakan seorang caleg di Bengkulu.
Ia diduga stres karena tak mendapat suara dalam Pemilu 2024.
Ia teriak meminta uangnya untuk dikembalikan.
Dalam video yang berdurasi 26 detik tersebut, terekam suasana tempat pemungutan suara (TPS) dari jarak yang cukup jauh.
Video yang direkam malam hari tersebut juga terlihat seorang pria duduk bersandar di sebuah tiang sambil berteriak seperti orang stres.
Baca juga: Anggota KPPS Ngamuk Bacok Tetangga Sebab Mimpi Istrinya, Sering Alami Sakit yang Dikira Santet
Terdengar suara teriakan pria meminta uang yang diberikannya dikembalikan.
"Woi! Balikilah duit ambo! (Woi, kembalikanlah uang saya!)," teriak pria yang terekam itu.
Aksi pria yang berteriak tersebut direkam salah satu warga dan diunggah ke akun TikTok hingga viral disukai hingga 93.8 ribu.
"Seorang Caleg Provinsi Bengkulu stress karena tidak mendapatkan suara di daerahnya," tulis akun TikTok tersebut.
Konten yang disebarkan akun TikTok tersebut telah 2,8 juta kali ditonton dan mendapat beberapa komentar dari warganet.
Benarkah dalam video tersebut seorang caleg di Bengkulu teriak histeris dan stress?
Cek fakta Tribun Bengkulu (grup Tribun Jatim) menelusuri video yang diklaim seorang caleg di Provinsi Bengkulu stres tersebut.
Penelusuran dilakukan dengan mengunggah gambar tangkapan layar dari video tersebut ke Google Images.u dan maps dari hasil yang didapat lokasi berada di Jalan Perikanan 1, RW 22, Kelurahan Kandang, Kota Bengkulu.
Tribun Bengkulu juga mewawancarai warga sekitar terkait perihal video viral tersebut.
Andy Perwira Wijaksana warga sekitar mengatakan, bahwa narasi dalam video tersebut tidaklah benar.
Dalam video tersebut kata Andy, bahwa yang berteriak bukanlah seorang caleg DPRD Provinsi Bengkulu.
Baca juga: Janjikan Rp150 Ribu per Pemilih, Caleg di Kediri dan Tim Sukses Tak Berani Pulang, Istri Ikut Pusing
Kejadian tersebut terjadi di TPS 04 Kelurahan Kandang Kota Bengkulu, tepatnya di depan masjid Istiqomah.
"Saat kejadian saya belum tidur dan masih main game, memang dengar ada suara teriak-teriak itu anak kecil bernama Aziz yang memang mengalami gangguan jiwa dan tepat di belakangnya TPS," kata Andy kepada Tribun Bengkulu, Kamis (15/2/2024).
Andy menambahkan, anak kecil tersebut berteriak karena kehilangan sendalnya.
Andy pun mengaku sontak heran ketika video tersebut viral hingga ditonton jutaan orang.
Video yang diklaim seorang caleg di Provinsi Bengkulu teriak histeris dan stres karena tidak mendapatkan suara di daerahnya TIDAK BENAR.
Faktanya, pria yang berteriak bukan seorang caleg dari Provinsi Bengkulu, melainkan seorang anak di lokasi yang mengalami gangguan jiwa atau ODGJ.
Sementara itu, sejumlah rumah sakit jiwa menyiapkan ruangan untuk menerima caleg yang gagal dan mengalami depresi.
Tak dipungkiri, gagal dalam Pemilu para caleg bisa saja mengalami gangguan kejiwaan.
Belajar dari tahun-tahun sebelumnya, kini sejumlah rumah sakit jiwa mengaku sudah melakukan persiapan.
Seperti halnya dengan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abdoer Rahem Kabupaten Situbondo Provinsi Jawa Timur.
Mereka akan menyiapkan kamar pasien bagi peserta Pemilu 2024 yang mengalami depresi dan gangguan kejiwaan.
Direktur RSUD Abdoer Rahem dr Roekmy Prabarini menyatakan pihaknya siap menampung pasien yang mengalami sakit jiwa atau gangguan jiwa bagi calon legislatif yang gagal dalam Pemilu 2024.
"Poli Jiwa dibuka Senin sampai Kamis dalam seminggu," kata dr Roekmy, Senin (27/11/2023).
Menurutnya, peserta kontestan Pemilu 2024 yang mengalami gangguan kejiwaan atau depresi berat bisa ditampung di poli jiwa.
Namun hal itu tergantung dari kondisi pasien dan hasil pemeriksaan dokter.
"Untuk gangguan jiwa sampai ngamuk-ngamuk maka bisa dirawatinapkan. Waktu Pemilu 2019 dan Pilkada 2020 ada yang sampai masuk namun kami rahasiakan identitasnya, dia hanya rawat jalan," katanya.
Roekmy juga menjelaskan rata-rata lama penanganan pasien gangguan jiwa dan depresi tergantung pada tingkat kecemasan setiap orang yang berbeda-beda.
Baca juga: Istrinya Dapat 3 Suara, Suami Caleg Ngamuk Serang Pak RT dan Petugas, Saksi: Lahir di Lingkungan TPS
Belum lagi adanya faktor trauma yang menjadi penguatnya.
"Nanti ada screening dari dokter karena depresi setiap orang berbeda-beda," ucapnya.
Pihak RSUD Abdoer Rahem akan menyiapkan 13 kamar untuk pasien caleg gagal di Pemilu 2024.
Terdiri dari 11 kamar untuk pasien gangguan jiwa berat dan 2 kamar untuk pasien gejala ringan.
"Ada 13 kamar ruang di Poli Jiwa," katanya.
Selain itu, ada juga Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Ernaldi Bahar Sumatera Selatan yang siap tampung para calon anggota legislatif (Caleg) yang gagal dalam Pemilu 2024 hingga mengalami gangguan jiwa untuk menjalani perawatan.
Kasi Perawatan Rawat Inap RSJ Ernaldi Bahar Sumsel Nuriah mengatakan, pada dasarnya mereka siap merawat siapapun termasuk para Caleg bila membutuhkan perawatan kejiwaan.
“Latar belakang apa saja, kalau mereka gangguan jiwa, depresi dan sakit, akan kami layani termasuk Caleg yang gagal,” kata Nuriah, Jumat (24/11/2023).
Nuriah menjelaskan, RSJ Ernaldi Bahar memiliki beberapa ruang perawatan untuk para pasien.
Keluarga maupun pasien bisa memilih kelas perawatan seperti yang diinginkan, sehingga RSJ Ernaldi Bahar tidak menyiapkan kamar khusus untuk merawat Caleg yang gagal.
Sejauh ini, jumlah pasien yang rawat jalan di RSJ Ernaldi Bahar pada Oktober 2023 mencapai 2.903 orang dengan rincian pasien laki-laki 1.930 orang dan pasien perempuan 973 orang.
Sedangkan pasien rawat inap di RSJ Ernaldi Bahar Palembang hanya 154 orang. Para pasien itu rata-rata mengalami gangguan jiwa diakibatkan narkoba serta obat-obatan terlarang.
Sebagian juga mengalami gangguan psikis akibat tekanan mental.
"Gangguan kejiwaan faktor eksternal lebih banyak sekarang, jadi mereka buat sakit sendiri, padahal mereka mulanya orang yang sehat," kata dia.
Kepala Instalasi Humas dan Layanan Pengaduan RSJ Ernaldi Bahar Palembang Iwan Andhyantoro menambahkan, sejauh ini belum ada Caleg gagal yang menjalani perawatan karena pemilu.
Namun, ia tak menampik bahwa ada pasien yang berlatar belakang politisi pernah dirawat.
Iwan tidak bisa memberikan identitas pasien tersebut karena berkaitan dengan kode etik.
“Anak pejabat politik juga pernah dirawat di sini dan rawat jalan, karena penyakit jiwa ini bisa dialami siapa pun,” ungkapnya.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews Tribunjatim.com