Apabila dilihat dalam konteks ibadah, maka qiyam berarti berdiri dalam salat, khususnya saat malam.
Sementara qiyamul lail merupakan istilah umum yang digunakan untuk salat malam.
Dengan kata lain, qiyamu Ramadan merupakan istilah khusus untuk salat malam di bulan Ramadan.
Hal ini sesuai dengan penjelasan Imam Nawawi yang menyatakan bahwa qiyamu Ramadan mencakup tarawih, witir, hingga tahajud.
Asal usul penamaan qiyamu Ramadan sendiri berawal ketika Nabi Muhammad saw. dan para sahabat pertama kali melaksanakan ibadah salat malam. Hingga kemudian Umar bin Khattab yang mengorganisir salat qiyamu atau salat tarawih.
Dalam qiyamu Ramadan, tidak ada batasan jumlah rakaat yang dikerjakan. Artinya, semakin banyak rakaat qiyamu Ramadan yang dikerjakan, maka akan semakin banyak juga pahalanya. Sementara untuk saat tarawih, maksimal rakaat yang bisa dikerjakan adalah dua puluh rakaat.
Adapun ketentuan untuk mengerjakan qiyamu Ramadan juga telah tertuang dalam HR. Bukhari yang berbunyi sebagai berikut.
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya, “Barang siapa melakukan qiyam Ramadhan karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”
Dari hadist tersebut, bisa dipahami bahwa salat tarawih dan qiyamu Ramadan dapat menggugurkan dosa dengan syarat karena iman, yakni membenarkan pahala yang dijanjikan oleh Allah Swt dan mencari pahala dari Allah SWt, bukan karena riya atau alasan lain.
Pelaksanaan Tarwihatun atau Qiyamu Ramadan (Shalat Tarawih)
Pada dasarnya tarwihatun dan atau Qiyamu Ramadan, shalat tahajjud, shalat witir, adalah sama. Qiyamu Ramadan sebaiknya dikerjakan secara berjama’ah baik di masjid, mushalla, ataupun di rumah dan dapat pula dikerjakan sendiri-sendiri.
Berapa rekaat Qiyamu Ramadan?
Qiyamu Ramadhan dapat dikerjakan sebanyak 11 rakaa’at. yakni terdiri dari delapan rekaat ditambah 3 rekaat sholat witir.
Hal ini didasarkan pada hadist riwayat Abi Salamah bin Abdirrahman ketika beliau bertanya pada Aisyah (Istri Rasullah).
كَيْفَ كَانَتْ صَلاَةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي رَمَضَانَ ؟ قَالَتْ : ” مَا كَانَ الرسول الله ص.م يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلاَ فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُصَلِّي أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ فَلاَ تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلاَ تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي ثَلاَثًا. ( رواه البخاري)
Artinya:
Bagaimana shalatnya Rasulullah saw di bulan Ramadhan? Aisyiyah menjawab: Tidaklah Rasulullah saw. menambah baik di bulan Ramadhan atau di luar bulan Ramadhan lebih dari sebelas raka’at. Beliau shalat empat raka’at maka janganlah kamu tanyakan bagus dan lamanya, kemudian beliau shalat empat raka’at, maka janganlah kamu tanyakan bagus dan lamanya, kemudian beliau mengerjakan shalat tiga raka’at (HR al-Bukhari)